Sebanyak 200 pengrajin karawo di Kecamatan Bongomeme menerima bantuan dari Pemerintah Provinsi Gorontalo. Bantuan dalam bentuk kain, benang dan uang saku itu diserahkan oleh Gubernur Gorontalo Rusli Habibie didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Idah Syahidah bertempat di Desa Dulamayo, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, Selasa (27/3).
Selain bantuan pemprov, Bank Indonesia Perwakilan Gorontalo juga ikut memberikan bantuan berupa 4 unit mesin jahit, kain dan jilbab sebagai bahan dasar menyulam karawo. Mesin jahit diberikan kepada 2 kelompok pengrajin.
Ketua Tim Penggerak PKK yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Idah Syahidah mengungkapkan, bantuan ini merupakan tindaklanjut dari hasil kunjungannya ke daerah tersebut beberapa waktu lalu.
“Ternyata waktu itu banyak keluhan ibu ibu pengrajin. Ada yang mengeluh kekurangan bahan untuk karawo, kekurangan mesin jahit dan banyak yang tidak punya. Sehingga saya sebagai Ketua Dekranasda meminta kepada Dinas Diskumperindag supaya bisa difasilitasi. Hari ini saya penuhi janji saya untuk memberi bantuan tentunya atas restui bapak Gubernur Rusli Habibie,” terang Idah.
Idah berharap dengan pemberian bantuan ini bisa merangsang produktivitas para pengrajin. Ia mengingatkan bahwa bantuan pemerintah tidak selalu diberikan kepada orang yang sama. Oleh karena itu bantuan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningatkan taraf hidup ekonomi para pengrajin.
“Apalagi saat ini ada program dari bapak gubernur bahwa seluruh pegawai wajib menggunakan kain karawo setiap hari Kamis. Begitu juga kewajiban menggunakan upia karanji dan jilbab karawo. Ini harus dimanfaatkan oleh pengrajin untuk meningkatkan jumlah produksi di pasaran,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie menyampaikan komitmennya untuk terus mendukung para pengrajin karawo dan upia karanji. Berbagai kebijakan dan promosi produk khas Gorontalo itu ia lakukan bersama para pegawai agar karawo dan upia karanji semakin diminati masyarakat.
“Upia karanji yang saya pakai ini sudah masuk Istana (digunakan saat bertemu Presiden). Akhir Desember nanti kami jadwalkan pak Presiden ke Gorontalo juga akan kami siapkan upia karanji untuk beliau pakai. Dulu upia karanji harganya hanya 50-70 Ribu Rupiah, sekarang sudah 300 Ribu Rupiah dengan kualitas paling bagus,” terang Rusli.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Perwakilan Rizky Perdana Gozali menyebut ada peningkatan pendapatan pengrajin karawo antara tahun 2010 dan 2017. Tahun 2010 pengrajin hanya menerima pendapatan 1 Juta Rupiah setiap bulannya. Hal ini naik 4 Juta Rupiah per bulan di tahun 2017.
“2010 pengusaha karawo hanya 217 sekarang sudah 926 pengusaha. Untuk pengrajin 2010 ada 2400, sekarang 2017 sudah ada 3913 pengrajin. Sehingga omzet yang didapat juga naik dari 2010 6 Milyar per tahun sekarang sudah 19 Milyar per tahun,” bebernya.
Selain menyerahkan bantuan bagi pengrajin karawo, kunjungan kerja gubernur kali itu diisi dengan penyerahan bantuan seperti benih jagung hibrida untuk 500 hektar sawah senilai 375 Juta Rupiah dan santunan dari Baznas Gorontalo untuk 800 orang senilai 80 Juta Rupiah.
Ada juga operasi pasar murah bagi warga setempat. Beras hanya dijual 7 Ribu Rupiah per kilogram, minyak goreng 10 Ribu per liter, telur per bak 20 Ribu Rupiah. Ada pula rica dan bawang merah hanya dijual 20 Ribu Rupiah per kilogram.
Pewarta/editor: Isam