Gubernur Bahagia Upia Karanji dan Karawo Kian ‘Viral’

Para pejabat administrator di lingkungan pemerintah Provinsi Gorontalo dengan balutan upia karanji di kepala saat mengikuti Apel Korpri belum lama ini. (Foto: Dok. Humas).

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengaku bahagia melihat eksistensi upia karanji dan kain karawo yang semakin populer di Gorontalo. Hal itu terlihat dari maraknya para ASN baik di lingkup pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan instansi vertikal yang menggunakan kerajinan khas Gorontalo itu.

Dalam berbagai kesempatan, upia karanji dan kain karawo bahkan menjadi oleh oleh bagi setiap tamu pemerintah pusat yang datang berkunjung ke daerah. Hal itu tidak terlepas dari kebijakan Gubernur yang mewajibkan menggunakan upia karanji bagi pegawai pria dan jilbab karawo bagi pegawai perempuan.

“Saya bahagia kemarin dilaporkan oleh tim kerja saya bahwa upia karanji sudah mulai langka dan harganya sudah mahal. Pengrajin sekarang merasa bersyukur bahwa mereka kecipratan rejeki dari para pegawai di Gorontalo,” kata Rusli, Jumat (23/3).

Gubernur dua periode itu bahkan berencana mengundang semua pengrajin upia karanji dan kain karawo ke rumah dinas dalam waktu dekat. Acara itu diperuntukkan sebagai pameran dan demonstrasi cara pembuatan songkok dari anyaman akar Mintu dan cara menyulam kain menjadi karawo.

Rusli bercerita, bahwa dulu pekerjaan menganyam upia karanji dan menyulam kain karawo hanyalah profesi sambilan warga Gorontalo. Tidak ada yang menjadikan kerajinan ini sebagai bahan dagangan yang bernilai.

“Petani sambil menunggu panen jagung atau sawah, mereka menganyam upia karanji. Begitu juga ibu-ibu, sambil menunggu suaminya melaut mereka menyulam kain karawo. Tapi sekarang sudah berubah, pengrajin kebanjiran pesanan dan berdampak pada peningkatan ekonomi kerakyatan,” terang mantan Bupati Gorontalo Utara itu.

Kian populernya upia karanji dan karawo sukses mengangkat derajat kerajinan warisan leluhur yang nyaris terlupakan itu. Upia karanji dinilai warga sudah tua dimakan zaman. Peci yang hanya digunakan oleh penjual ikan keliling, pedagang pasar ataupun orang lanjut usia untuk beribadah.

Belakangan stigma itu sudah mulai terbalik dengan adanya kebijakan gubernur Rusli. Hampir di setiap sudut kota terlihat para pegawai kantoran, anak muda, mahasiswa bangga menggunakan upia karanji di kepala. Begitu pula dengan kain karawo dalam bentuk kemeja, jaket hingga jilbab.

Pewarta/editor: Isam

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI