KOTA GORONTALO, Kominfotik – Cabai rawit merupakan salah satu komoditi volatile food atau komponen bergejolak yang mempengaruhi tingkat inflasi dan deflasi di Provinsi Gorontalo. Pada bulan November 2021, cabai rawit memberi andil terbesar untuk deflasi, yakni sebesar 0,3075.
Namun berdasarkan pantauan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, harga cabai rawit mulai mengalami kenaikan. Tercatat pada 9 Desember 2021 harga cabai rawit mencapai Rp80 ribu/kilogram.
“Kalau dari ketersediaan stok cabai di Gorontalo tidak bermasalah. Tetapi memang jelang Natal 2021 dan tahun baru 2022, permintaan dari daerah lain khususnya dari Manado, cukup tinggi. Selisih Rp3.000,00 saja, cabai Gorontalo pasti akan dikirim ke sana,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Muljady Mario, pada High Level Meeting TPID Provinsi Gorontalo di aula Kantor Perwakilan BI Gorontalo, Selasa (14/12/2021).
Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, luasan panen cabai pada bulan November mencapai 1.452 hektar. Rinciannya, di Pohuwato seluas 307 hektar, Boalemo 479 hektar, Gorontalo Utara 328 hektar, Bone Bolango 74 hektar, dan Kabupaten Gorontalo 264 hektar. Sedangkan lahan yang akan dipanen pada bulan Desember 2021 seluas 1.339 hektar.
“Dari luas lahan yang akan dipanen pada bulan Desember, diperkirakan produksinya mencapai 1.226 ton. Jika dibandingkan dengan kebutuhan cabai di Gorontalo yang hanya berkisar antara 600 hingga 700 ton, stok kita surplus,” pungkas Muljady.
Pewarta : Haris