GORONTALO – Provinsi Gorontalo terbilang aman dari aksi terorisme. Hal itupun dipastikan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie. Namun demikian, masyarakat Gorontalo harus waspada.
Hal ini dikatakan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dalam acara buka puasa bersama dan silaturahim Pemerintah Provinsi Gorontalo dan unsur TNI-Polri di Markas Yonif 313/Satyatama, Gorontalo, Rabu (21/6).
Saat ini sudah ada 16 daerah di Indonesia yang awalnya aman sudah terdeteksi muncul sel-sel tidur gerakan separatis Negara Islam Iraq dan Syiriah (ISIS). Situasi ini menjadi catatan penting untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyusupan gerakan radikalisme.
Selain itu, Gorontalo juga Sulawesi Utara (Sulut) berada dekat dengan wilayah Marawi, Philipina yang kini dikuasi ISIS. Tidak menutup kemungkinan, ketika ISIS digempur militer Philipina akan lari masuk ke Sulut dan Gorontalo.
Menurut Asisten Logistik Kapolri Irjend Pol Eko Hadi Sutejo, persoalan radikalisme tak boleh dipandang remeh. Paham anti Pancasila ini sudah masuk ke berbagai lembaga negara, mulai dari lembaga pendidikan sampai pemerintahan.
“Dari 60 persen anak didik yang kita Survey setuju bila negara ini harus dipimpin dengan bentuk khilafah,” kata Eko Hadi Sutejo.
Eko Hadi menjelaskan, problematika berkembangnya paham radikalisme di tanah air memiliki banyak faktor. Di satu sisi, banyak pemuda Indonesia berangkat mempelajari agama ke luar negeri, sementara pemerintah sendiri belum memiliki perangkat seleksi terkait ilmu yang mereka pelajari itu. Akibatnya, ketika balik ke Indonesia menjadi embrio lahirnya paham radikal.
Kondisi demikian diperparah dengan ketidakpuasan terhadap layanan pemerintah. Dengan dilatar belakangi hal itu, banyak yang ikut mencerna aliran radikal sehingga sangat berbahaya bagi negara.
“Berbagai aksi yang sebelum ini terjadi, seperti aksi 212 di Jakarta, menunjukan bahwa mereka mulai mampu melawan negara. Mereka masuk dengan gerakan perlawanan yang dilatarbelakangi agama,” terangnya.
Disisi lain, upaya yang dilakukan untuk menangkal paham radikal ini sering diseret dalam isu agama. Ketika TNI-Polri berusaha menangkap oknum-oknum yang membuat keributan dengan label agama, sering dipolitisasi menjadi kriminalisasi ulama.
“Ini yang bahaya ketika kita menindak mereka,” ujarnya.
Untuk itu kata Hadi, butuh langkah penanganan lebih progresif dengan melibatkan semua stekholder. Tidak saja TNI-Polri, tapi juga pemerintah dan elemen masyarakat.
TNI-Polri juga harus bisa memberikan penerangan kepada masyarakat bahwa Indonesia yang menganut Ideologi Pancasila menerima berbagai perbedaan Agama.
“Pak Kapolri memberikan support kepada Gorontalo. TNI-Polri juga elemen masyarakat harus menjaga silaturahim guna menangkal bahaya radikalisme ini. Bersama kita mengawal demokasi Indonesia agar berjalan dengan baik,” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan, sampai detik ini Gorontalo aman, tapi harus waspada. Ia yakin, justru daerah aman berpotensi sasaran masuk radikalisme.
Menurut Rusli, upaya menangkal radikalisme, juga ancaman gangguan Kantibmas lainnya tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada TNI-Polri. Partisipasi semua pihak, terutama elemen pemerintah dan masyarakat sangat penting. “Masalah keamanan adalah tanggungjawab semua,” katanya.
Untuk Gorontalo lanjut Rusli, kekompakkan antara pemerintah, TNI-Polri juga elemen masyarakat sangat terjaga. Kebersamaan ini terbangun rapi untuk mengatasi semua hal yang menjadi ancaman gangguan Kantibmas. Mulai dari menangkal paham radikal, sampai peredaran minuman keras (Miras) dan Narkoba.
“Karena ini terjaga, Alhamdulllah Gorontalo bisa aman dan terkendali,” tutupnya.
Pelaksanaan buka puasa bersama kemarin, ikut diisi dengan ceramah agama yang disampaikan oleh Ustad Syarifudin Mateka, serta pembagian 1.000 sembako untuk kaum dhuafa dan 50 anak panti. Guna lebih mengakrabkan hubungan TNI-Polri, maka ditampilkan group Salawatan yang melibatkan gabungan TNI-Polri dan masyarakat, serta aksi saling suap makanan anara perwakilan Polri dan TNI. Agenda kemarin menjadi sinyal kuat, Gorontalo bersatu menangkal terorisme.
Pewarta. : Ecin
Foto. : Salman
Editor. : Asriani