Wagub : Filosofi Gorontalo Bukan Slogan Kosong

Gorontalo – Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim mengatakan filosofi Gorontalo yakni “Adat Bersendikan Sara dan Sara Bersendikan Kitabullah”, bukan slogan kosong tanpa makna.

Hal itu, kata dia, diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat dengan wujud selalu mengutamakan shalat berjamaah di masjid, serta suka berbagi dan bersedekah.

Selain itu berbagai perayaan tradisi seperti Tumbilotohe (malam pasang lampu) pada akhir ramadhan, juga berdasarkan pada nilai-nilai Islam.

Ia mengatakan bulan suci Ramadhan merupakan momentum untuk memperbanyak amal ibadah sebagai bekal pada kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.

Pada bulan ini, lanjutnya, setiap perbuatan yang baik akan dicatat dan dilipatgandakan pahalanya.

“Masuk keluarnya nafas kita dinilai ibadah, tidur pun demikian. Shalat sunnat diberi pahala setara shalat wajib, sedangkan yang wajib dilipatgandakan pahalanya,” kata wagub saat menjadi pemberi kuliah subuh, Jumat.

Ibadah puasa, lanjutnya, pada hakikatnya tidak hanya menahan diri untuk tidak makan, minum, dan berhubungan suami isteri pada waktu-waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu dengan niat ikhlas untuk mendapatkan pahala.

Tetapi menahan dan menjaga seluruh panca indera dan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

“Mulut kita jangan bicara yang tidak baik, demikian juga mata, telinga, tangan dan kaki, serta seluruh panca indera dan anggota tubuh harus kita puasakan, jangan sampai melakukan maksiat, narkoba hingga minum-minuman keras saat ramadhan,” ujarnya.

Puasa sendiri kata Idris, merupakan ibadah yang tidak berdiri sendiri, namun menjadi satu kesatuan dengan Rukun Islam lainnya yaitu shalat dan zakat.

“Puasa itu satu paket dengan shalat dan zakat, artinya saat berpuasa kita diminta untuk memperbanyak shalat sunnat seperti tarawih, dan juga banyak bersedekah,” tuturnya.

Namun menurutnya hal ini menjadi sangat ironi ketika melihat fenomena di masyarakat, dimana pada minggu pertama dan kedua Ramadhan.

“Masjid yang terasa sempit dan sesak oleh jamaah yang melaksanakan shalat Tarawih, berubah sangat terbalik pada minggu kedua dan keempat. Masjid-masjid kosong ditinggalkan jamaahnya yang sibuk dengan urusan duniawi,” tukasnya.

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI