
Kota Gorontalo, Kominfotik – Hari peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Islamic Center Gorontalo resmi ditetapkan secara adat Momayango yang digelar di Aula Rujab Gubernur, Selasa (9/12/2025). Penetapan tersebut memutuskan bahwa Groundbreaking akan berlangsung pada Jumat, 12 Desember 2025 atau 21 Jumadil Akhir 1447 Hijriah pukul 06.00 WITA.
Rapat digelar bersama pemangku adat Uduluwo Limo Lo Pohalaa dan diawali dengan rangkaian adat mopobulito serta bate lo limutu lalu dilanjutkan prosesi mopomaklumu. Rangkaian keputusan adat ini turut ditandai dengan pengambilan pola ukuran oleh Gubernur Gusnar Ismail sebagai Tauwa Lolipu bersama Ketua TP PKK Nani Ismail Mokodongan.
Tradisi momayango atau payango merupakan ritual adat Gorontalo yang dilakukan untuk menentukan titik utama atau pondasi sebelum mendirikan bangunan baru. Prosesi ini identik dengan pengukuran awal pembangunan rumah dan melambangkan harapan akan keabadian serta keberkahan bagi rumah tangga pemiliknya.
Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail mengatakn gelar adat penetapan Hari H peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Islamic Center ini agar pelaksanaannya berlangsung sesuai adat dan tata nilai lokal. Para khadi dan pemangku adat memiliki peran penting dalam menetapkan hari dan jam pelaksanaan peletakan batu pertama tersebut.
Ia menambahkan, penetapan hari secara adat juga dilakukan sebagai upaya menjaga keberlanjutan budaya Gorontalo yang berlandaskan adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah. Menurutnya, setiap gerak pembangunan, perlu mendapat legitimasi adat.
“Ini juga secara sadar kita lakukan bersama dalam rangka mengembangkan budaya lokal, budaya kita, budaya Gorontalo dengan kearifan lokalnya yang bersandar kepada adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah. Dimana dalam setiap gerak dan kehidupan manusia baik secara individual maupun secara makhluk sosial senantiasa berinteraksi dan terinteraksi dengan yang maha kuasa,” jelas Gusnar.
Selebihnya, Gusnar menekankan pentingnya kembali memaknai tradisi momayango sebagai bagian dari proses pembangunan yang sakral dan bukan sekadar seremonial. Harapannya, pendekatan bernuansa kebatinan ini dapat memperkuat nilai budaya lokal dalam setiap pembangunan di Provinsi Gorontalo.
Pewarta : Mila