Peningkatan Kapasitas Mangrove Perkuat Ekosistem dan Pendapatan Warga

Ketua KSL Paddakaung Torosiaje Jaya Umar Pasandre saat memberikan materi pada peserta penguatan kapasitas Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Provinsi Gorontalo yang digelar di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kamis (4/12/2025). (Foto : Mila)

Kab. Pohuwato, Kominfotik — Upaya memperkuat ekosistem mangrove sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir didorong melalui kegiatan penguatan kapasitas Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Provinsi Gorontalo yang digelar di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kamis (4/12/2025). Pelatihan kali ini berfokus pada peningkatan keterampilan pembibitan serta pemanfaatan mangrove sebagai sumber ekonomi.

Pelatihan ini juga difokuskan pada pengenalan jenis mangrove, teknik pembibitan, dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Peserta juga dikenalkan pada peluang ekonomi dari produk berbahan mangrove yang selama ini dikelola kelompok perempuan pesisir.

Ketua KSL Paddakaung Torosiaje Jaya Umar Pasandre sebagai pemateri menjelaskan bahwa beberapa jenis mangrove bernilai ekonomi masih sangat terbatas di Gorontalo. Jenis seperti Avicennia, Sonneratia, Bruguiera gymnorhiza, dan Xylocarpus hanya berkisar 10–20 persen dari total populasi di lapangan.

“Selama ini di kelompok Torosiaje itu sangat sulit untuk mendapatkan buah ini. Nah, bagaimana Provinsi Gorontalo ini lewat KKMD bisa lebih memperkaya spesies yang saya sebutkan tadi. Empat spesies ini kita unggulkan karena menjadi potensi bahan pangan,” ungkap Umar.

Ia mengatakan buah dari jenis-jenis tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk seperti jus, selai, tepung, stik camilan, sabun, hingga kosmetik. Produk-produk itu menjadi peluang usaha yang terus dikembangkan oleh kelompok perempuan di wilayah pesisir.

Umar menilai pemulihan mangrove selama ini cenderung fokus pada jenis umum yang mudah ditemukan. Kondisi tersebut membuat masyarakat kesulitan mendapatkan buah dari jenis bernilai ekonomi tinggi untuk kebutuhan produksi olahan.

“Di materi saya, tadi menyampaikan ada beberapa spesies jenis manggrove yang harus diperkaya. Karena di samping itu menjadi salah satu beberapa manfaatnya buat kita secara ekologi, ekonomi, maupun sosial, budaya. Namun, targetnya itu memang diperkaya untuk mendapatkan dari hasil buahnya,” kata Umar.

Sementara itu. Kepala Seksi Penguatan Kelembagaan DAS Waode Waridawaty Igret, mengatakan Pohuwato dipilih sebagai lokasi kegiatan karena memiliki keragaman vegetasi mangrove yang dapat menjadi contoh bagi kabupaten lain. Wilayah ini dinilai sesuai sebagai tempat belajar lapangan bagi kelompok kerja mangrove.

Ia berharap pelatihan ini dapat diterapkan di daerah masing-masing sehingga manfaatnya tidak berhenti pada satu kegiatan. Menurutnya, peningkatan kapasitas kelompok mangrove akan memperkuat ekosistem sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi warga pesisir.

“Pohuwato ini akan menjadi contoh buat
kelompok kerja mangrove lainnya, karena di sini juga ada beberapa vegetasi mangrove yang
bisa dijadikan dasar atau pelajaran bagi kelompok kerja mangrove itu sendiri,” kata Waode.

Melalui pelatihan ini, peserta mempraktikkan cara memilih buah yang siap semai, menyiapkan media tanam, dan merawat bibit sesuai karakter masing-masing jenis. Mereka juga mempelajari lokasi ideal untuk penanaman berdasarkan kondisi habitat.

Hingga kini, lokasi pembibitan Torosiaje telah menyemai sekitar 900 bibit yang akan ditanam di kawasan rehabilitasi seluas tiga hektar di Desa Bumi Bahari. Lahan ini telah dikelola masyarakat, pemerintah desa, dan kelompok perempuan sejak 2012.

Pewarta : Mila

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI