
KOTA GORONTALO, Kominfotik – Dalam tradisi Islam puasa memiliki kedudukan istimewa dan kedalaman makna. Puasa itu ibadah yang privat, ibadah hati yang hanya Allah dan kita yang tahu originalitasnya. Ia ibadah yang sangat interaktif antara hamba dan pencipta. Makanya puasa disebut sebagai amal perisai, yang menjaga dan memitigasi diri kita dari kecendrungan berbuat jahat. Selain itu ia sebagai mekanisme pengendalian diri dan penjernihan hati.
Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda “Semua amal ibadah anak Adam itu adalah untuknya kecuali puasa. Puasa itu untukku dan aku yang akan memberikan balasannya”.
Inilah yang disadari oleh Gusnar Ismail sebagai Gubernur Gorontalo, yang melakukan self leadership atau kepemimpinan pada diri sendiri sebagai bentuk pengendalian diri. Gusnar Ismail menjadikan puasa sunah Senin-Kamis sebagai displin pribadinya.
Gusnar memiliki tingkat kesadaran tinggi bahwa kepemimpinan yang ia bangun bukan semata-mata diawasi oleh penegak hukum dan Masyarakat, tapi juga dikontrol langsung oleh Sang Pencipta. Oleh karena itu ia melibatkan konektivitas dengan penciptanya dalam pemerintahannya.
Kesadaran yang tinggi mencegah dari kebijakan-kebijakan yang nyeleneh. Kepemimpinannya berorientasi pada kemashalatan masyarakat serta menjadi pengayom bagi anak buahnya sekaligus menjadi sumber motivasi untuk terus berbuat baik. Puasa bagian dari mitigasi dan perisai bagi Gusnar Ismail dalam melakukan dua hal, yaitu mencegah dari kecenderungan berbuat buruk dan sumber energi untuk berbuat baik bagi rakyat Gorontalo.
Dalam Hadist Bukhori Muslim puasa itu perisai. Jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa maka jangan berkata-kata kotor dan janganlah berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencelanya atau memeranginya, maka ucapkanlah sesungguhnya aku sedang puasa.
Puasa Senin dan Kamis dapat diibaratkan sebagai instrumen ketahanan diri, layaknya sebuah perisai atau benteng pertahanan yang menjaga integritas rohani dan jasmani. Bagi aparatur negara maupun masyarakat, shaum berfungsi sebagai penguat moral dan spiritual, yang pada gilirannya berdampak pada peningkatan etos kerja, disiplin, serta kejujuran dalam pengabdian.
Rasulullah SAW bersabda dalam Hadist riwayat Tirmidzi dari Mu’adz bin Jabal yang artinya Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Mu’adz menjawab, mau ya Rasulullah. Nabi bersabda yang artinya “Shaum itu perisai dan sedekah yang dapat menghapuskan kesalahan ibarat air dapat memadamkan api yang membara.”
Tim Komunikasi Gubernur
(Dr. Alvian Mato.,S.Pd.I.,SH.,M.Pd.I)