
Kota Gorontalo, Kominfotik – Pemerintah Provinsi Gorontalo terus memperkuat komitmen dalam percepatan penurunan stunting melalui program Makan Bergizi (MBG). Salah satu wujud nyata program ini adalah kombinasi diresmikannya dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Pentadio Barat, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (2/8/2025).
Dapur SPPG ini merupakan inisiatif Yayasan Kumala Vaza Grup sebagai bagian dari pelaksana program MBG di Provinsi Gorontalo. Peresmian dilakukan oleh Wakil Gubernur Gorontalo Idah Syahidah Rusli Habibie, didampingi Koordinator Regional Badan Gizi Nasional (BGN) Provinsi Gorontalo Zulkipli Taluhumala, serta Ketua Yayasan Kumala Vaza Grup.
Dalam sambutannya, Zulkipli menyampaikan bahwa hingga saat ini program MBG telah menjangkau sekitar 3.000 penerima manfaat. Selain menyediakan makanan bergizi, program ini juga memberikan edukasi penting terkait pola makan sehat bagi masyarakat.
“Penurunan stunting adalah tanggung jawab bersama. Peran orang tua dan masyarakat sangat penting dalam menanamkan kesadaran gizi sejak dini,” ujarnya.
Zulkipli juga mengungkapkan bahwa sudah ada sembilan dapur MBG aktif di Provinsi Gorontalo. Hitungannya, empat di Kota Gorontalo, tiga di Kabupaten Gorontalo (termasuk dapur yang baru diresmikan), serta masing-masing satu dapur di Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Pohuwato. Setiap dapur mampu menyerap hingga 50 tenaga kerja.
“Jadi ibu wagub, jika seluruh target 118 dapur dapat terealisasi, program ini berpotensi membuka hingga 5.900 lapangan kerja. Program ini tidak hanya berdampak pada perbaikan gizi, tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” jelasnya.
Dari sisi anggaran, Zulkipli menyebut satu dapur MBG membutuhkan sekitar Rp1 miliar per bulan. Dengan demikian, total anggaran untuk seluruh dapur di Provinsi Gorontalo bisa mencapai Rp1,29 triliun per tahun, seluruhnya disalurkan langsung ke daerah.
Di tempat yang sama, Wakil Gubernur Idah Syahidah turut menyampaikan apresiasi atas peran serta Yayasan Kumala Vaza Grup dalam mendukung pelaksanaan MBG di Gorontalo. Ia mengakui bahwa pelaksanaan program ini tidaklah mudah, terlebih di tengah tantangan keterbatasan anggaran.
“Namun semangat para pelaksana menjadi kunci. Kolaborasi seperti ini adalah yang kita butuhkan untuk menurunkan angka stunting secara signifikan,” ujar Idah.
Idah juga menekankan pentingnya menjaga kualitas makanan, baik dari segi gizi, kebersihan, hingga cita rasa yang sesuai dengan selera lokal. Selain itu, ia mengingatkan bahwa dapur MBG harus memenuhi standar operasional, termasuk luas bangunan minimal 100 meter persegi dan lokasi yang tidak lebih dari 20 menit dari sekolah penerima manfaat agar makanan sampai dalam keadaan hangat.
Pewarta: Echin