Kota Gorontalo, Kominfotik – Penjabat Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya, membuka seminar dan Workshop Bangga Budaya Indonesia (BBI) di Rumah Adat Dulohupa, Kota Gorontalo, Kamis (14/9/2023). Seminar dan workshop BBI digelar dalam rangka penguatan ekosistem Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Provinsi Gorontalo yaitu binthe biluhuta dan kain karawo.
“Saya yakin seminar dan workshop ini akan memberi masukan dan muatan terhadap kebijakan yang akan kita ambil dalam pelestarian dan perlindungan budaya takbenda di Gorontalo. Pemerintah terus merangsang dan meningkatkan minat masyarakat terhadap pelestarian budaya daerah,” kata Penjagub Ismail.
Ismail menjelaskan, binthe biluhuta sebenarnya adalah makanan pokok di Gorontalo. Makanan yang populer di masyarakat dengan nama milu siram atau sup jagung ini diolah dari jagung pulut atau lokal Gorontalo. Binthe biluhuta sudah ditetapkan menjadi WBTB Indonesia oleh Kemendikbud pada tahun 2016 dengan nomor registrasi 201600426.
Lebih lanjut Penjagub menuturkan kerajinan karawo yang saat ini sudah semakin berkembang. Hal itu terlihat dari munculnya beragam motif yang semakin keren serta mode busana karawo yang sesuai dengan perkembangan fesyen kekinian. Karawo menjadi WBTB Indonesia sejak tahun 2014 dengan nomor registrasi 201400155
“Untuk karawo, sejak awal saya menjadi Penjabat Gubernur sudah meminta untuk memperbanyak pelatihan kepada perajin. Generasi muda harus kita latih karena saat ini perajinnya lebih banyak orang tua,” ujar Ismail.
Sementara itu Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, dalam sambutannya mengatakan, seminar dan workshop merupakan upaya untuk melakukan transfer pengetahuan kepada generasi muda terkait nilai-nilai filosofi dari dua WBTB Gorontalo yaitu binthe biluhuta dan karawo. Irini mengungkapkan, upaya pelestarian dan perlindungan WBTB harus dilakukan melalui aspek filosofinya dan dikembangkan lewat sektor UMKM.
“Isu utama dari WBTB adalah keberlanjutan pasca penetapan. Jika hanya dari aspek filosofinya, maka kebudayaan itu akan stagnan. Tetapi jika dikembangkan melalui sektor umkm, WBTB tersebut akan terus lestari. Seperti halnya karawo yang terus berkembang,” tutupnya.
Pewarta : Haris