KOTA GORONTALO, Kominfotik – Penjabat Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya menilai sumpah adat sebagai beban berat menjalankan amanah. Ismail bersama istri Fima Agustina sudah menjalani serangkaian adat untuk memulai aktivitas sebagai pejabat publik.
Bagi putra asli Gorontalo itu, sumpah adat sebagai beban berat untuk menjalankan amanah sebagai Penjagub. Membuat ia menetes air mata karena empat unsur bumi berupa air, tanah, api dan angin di Gorontalo menjadi milik dan “kuasanya”. Diakhiri dengan pesan “tapi jangan berbuat sesuka hati”.
“Saya sudah sering menghadiri prosesi adat (saat masih bertugas di Gorontalo). Kemarin saya mengikuti proses adat menetes air mata karena disumpah. Bebannya berat, tanggungjawabnya berat,” kata Ismail saat memberikan sambutan pada serah terima jabatan Penjabat Gubernur di Aula Rudis Gubernur, Senin (15/5/2023).
Ia menilai beban ini tidak bisa hanya dijalan oleh dirinya sendiri atau para bupati dan wali kota. Butuh koordinasi dan kolaborasi semua pemangku kepentingban agar tugas dan tanggungjawab pemerintah bisa berjalan dengan baik.
“Kita sesama Aparatur Negeri Sipil tentu punya tanggungjawab terhadap tugas dan fungsi yang diemban. Tugas saya mengkoordinir bapak ibu satuan kerja dalam melaksanakan tugas tugas,” pesannya.
Pelaksanaan serah terima jabatan berlangsung penuh keakraban. Penjabat baru dan lama saling mengungkapkan dukungan satu sama lain.
Zalah satu yang menarik tepuk tangan undangan yakni sikap ramah Ismail Pakaya saat pendahulunya memohon izin untuk tinggal di Gorontalo hingga Kamis besok untuk berpamitan.
“Jangankan sampai hari Kamis, sampai setahun pun saya masih suka Pak Hamka di sini supaya ada yang kasih masukan kepada saya,” tuturnya.
Pewarta: Isam