Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kembali menyosialisasikan Indonesia’s Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 di daerah. Kali ini giliran Provinsi Gorontalo menyelenggarakan sosialisasi tersebut bertempat di Gedung Grand Palace Convention Center, Kota Gorontalo, Rabu (15/3/2023).
Plt. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) KLHK, Ruandha A. Sugardiman menjelaskan FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan dengan kondisi dimana tingkat serapan sama atau lebih tinggi dari tingkat emisi.
“Global warning ini mengakibatkan berbagai akibat, salah satunya adalah perubahan iklim yang nyata² sudah terjadi saat ini. Akibat yang kita alami adalah kenaikan temperatur yg signifikan, adanya iklim anomali, kemudian terjadi beberapa kenaikan permukaan air laut, dan sekarang sudah kita alami adalah terjadinya kelangkaan air, energi, dan pangan,” jelas Ruandha.
Upaya Indonesia untuk mencapai Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 sendiri perlu diikuti dengan alokasi lahan yang selektif dan terkontrol untuk pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang adil dan merata.
Sehingga sasaran yang ingin dicapai melalui implementasi Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 yakni meningkatkan emisi gas rumah kaca sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030. Kemudian mendukung net zero emission sektor kehutanan dan guna memenuhi NDC yang menjadi kewajiban nasional Indonesia sebagai kontribusi bagi agenda perubahan iklim global, dengan memperhatikan visi Indonesia yang lebih ambisius dalam dokumen NET 2030 LTS – LCCR 2050.
“Kenaikan konsentrasi gas rumah kaca ini karena kegiatan manusia, pembangunan semakin meningkat, jumlah penduduk yg semakin meningkat, jadi kerusakan ini diakibatkan oleh ulah manusia sendiri. Oleh karena itu, yang bisa menurunkan ini harus manusia itu sendiri,” tegas Ruandha.
Sementara itu, Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Syukri Botutihe menyampaikan untuk mendukung aksi mitigasi dan adaptasi ini, Provinsi Gorontalo juga telah didukung dengan tersusunnya dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Adapula terbentuknya Tim Koordinasi dan Kelompok Kerja penyusunan RAD-GRK Provinsi Gorontalo yang disahkan melalui SK Gubernur Gubernur Nomor 185/20/IB/2012, dengan melibatkan beberapa perangkat daerah terkait, unsur perguruan tinggi, LSM, BUMN/BUMD dan organisasi kemasyarakatan.
“Kebijakan untuk mendukung aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim perlu terus ditingkatkan dan lebih terstruktur lagi, mulai dari tingkat nasional, provins hingga Kabupaten/kota, serta pihak terkait lainnya. Diharapkan kita dapat melakukan aksi bersama untuk melindungi, melestarikan serta memulihkan alam dalam memberikan manfaat untuk adaptasi dan mitigasi iklim sembari memastikan perlindungan sosial dan lingkungan,” jelas Syukri.
Adapun sosialisasi FOLU Net Sink 2030 akan berlangsung selama dua hari dan akan dilanjutkan dengan penyusunan rencana kerja indonesia’s FOLU Net Sink 2030 Provinsi Gorontalo. Sosialisasi dan renja Folu net sink telah dilaksanakan di 12 provinsi dan akan dilanjutkan kembali pada 22 provinsi di tahun 2023.
Pewarta : Mila
Editor : Isam