Keunikan Tradisi Walima, Peringatan Maulid Nabi di Gorontalo

Gorontalo, Kominfotik – Mentari belum beranjak tinggi saat sebagian warga di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo sudah sibuk dengan aktivitas pagi, Minggu (16/10/2022). Hari ini mereka sedang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW atau yang lebih dikenal dengan istilah walima.

Tradisi walima di Gorontalo diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 saat Islam masuk ke Bumi Hulondalo. Tradisi diawali dengan dikili atau tradisi zikir di masjid At-takwa, masjid di tengah desa Bongo.

Seorang pezikir melantunkan dikili atau zikir pada tradisi walima memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw di Masjid At-Taqwa Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (15/10/2022). Dikili dilakukan dari malam hingga pagi hari sebelum ditutup dengan doa walima. (Foto : Nova)

“Dikili kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah zikir. Dikili melantunkan rasa syukur dan doa doa kepada Nabi Muhammad SAW atas kelahiran beliau. Dilaksanakan setelah Isya kemudian dijeda saat subuh, dilanjutkan dengan doa puncak pagi harinya sampai jam 9 atau jam 10,” kata Yamin Nusi, Kasie Pemerintahan Kecamatan Batudaai Pantai saat diwawancarai.

Selain berisi doa dan puja puji kepada Baginda Nabi, dikili menjelaskan kisah kelahiran Muhammad SAW, kisah kenabian dan kisah wafatnya nabi. Uniknya, naskah asli dikili tertulis dengan bahasa Arab Pegon, tulisan Arab tanpa baris bunyi (harakat), namun berbahasa Gorontalo.

Ratusan pezikir mengikuti dikili atau zikir pada tradisi walima memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw di Masjid At-Taqwa Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (15/10/2022). Tahun ini Dikili di Masjid At-Taqwa diikuti oleh 185 pezikir, terdiri dari 22 laki-laki dan 163 perempuan. (Foto : Nova)

Bagi sebagian warga muslim Gorontalo naskah dikili cukup sulit dibaca. Selain tanpa harakat, bahasa Arab umumnya tidak mengenal huruf E, O, NG yang lazim ada di bahasa Gorontalo. Itulah sebabnya, pelantun dikili biasanya orang orang tua dengan ilmu agama yang mumpuni. Setiap masjid di kampung belum tentu punya pembaca dikili, sebagian besar diundang dari masjid lain bahkan dari kampung lain.

Tolangga, Toyopo dan Kue Kolombengi

Sementara itu, warga desa Bongo sedang sibuk menata walima di tempat yang disebut tolangga. Keranda tempat menata kue kue tradisional. Biasanya terbuat dari bilah kayu atau bambu dengan bentuk menara, masjid, atau perahu. Kue kue tradisional seperti kolombengi, sukade, wapili, telur rebus diisi dalam plastik dan disusun menyesuaikan bentuk tolangga.

Seorang pengunjung melihat tolangga yang dihiasi dengan kue kolombengi pada Festival Walima memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw di Masjid At-Taqwa Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (15/10/2022). Tolangga adalah wadah yang dibentuk menyerupai menara masjid yang pada setiap sisinya dihiasi dengan kue adat Gorontalo, seperti kolombengi dan sukade yang dipersembahkan warga pada perayaan walima. (Foto : Nova)

“Yang  paling dominan dibuat warga itu tolangga berbentuk menara masjid dan kapal laut (perahu). Ini menggambarkan pola kehidupan masyarakat yang sebagian besar adalah nelayan,” dijelaskan Yamin yang juga menjabat sebagai Direktur Wisata Bongo.

Zaman yang berubah membuat walima sedikit mengalami modifikasi. Beberapa hiasan tolangga ditambah dengan kopi saset, makanan ringan kemasan, mie instan dan sebagainya. Ada juga yang menambahkan brudeli atau brudel, kue panggang yang berbentuk lingkaran dengan lubang di bagian tengahnya.

Seorang pengemudi bentor meletakkan toyopo berisi kue yang akan diantar ke masjid pada perayaan walimah memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Toyopo adalah wadah yang biasanya dibuat dari anyaman janur. Seiring perkembangan zaman, warga lebih memilih menggunakan loyang yang dihiasi dengan kertas warna warni. (Foto : Dokumentasi MC Prov. Gorontalo)

“Kemudian di dalam tolangga ada toyopo, biasanya terbuat dari anyaman dari daun kelapa dibuat seperti loyang berbentuk bulat. Biasanya tempat mengisi nasi kuning, ikan yang sudah dimasak, sambal, kue kue basah lainnya,” imbuhnya.

Tolangga yang sudah jadi lalu diarak dari rumah rumah warga menuju masjid, tempat prosesi dikili sedang berlangsung. Tolangga menyatu dalam doa doa sebagai bentuk syukur warga atas lahirnya Nabi Terakhir Muhammad SAW, 14 abad lalu. Sosok agung yang menjadi utusan Tuhan sekaligus teladan bagi umat muslim.

“Perayaan walima ini juga kami percayai sebagai karomah dari zikir itu. Artinya begini, masyarakat tiga atau dua bulan sebelum perayaan walima merasa tidak cukup mengikuti perayaan ini. Tiba tiba seminggu sebelum acara dapat rezeki. Itulah karomah karena keihlasan memperingati kelahiran nabi,” sambungnya.

Usai didoakan di masjid, selanjutnya panganan dalam tolangga dibagikan kepada para pelantun dikili atau pezikir. Panitia mencatat pezikir di Masjid At-Taqwa hari itu berjumlah 185 pezikir. Rinciannya 22 pezikir laki-laki dan 163 perempuan.

Seorang pengunjung melihat tolangga yang dihiasi dengan kue kolombengi pada Festival Walima memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw di Masjid At-Taqwa Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (15/10/2022). Perayaan walima identik dengan kolombengi yang merupakan salah satu jenis kue adat Gorontalo. Pada setiap sisi tolangga dihiasi dengan ratusan kue kolombengi yang telah dimasukkan dalam kantong plastik. (Foto : Nova)

Jumlah tolangga yang terkumpul sejumlah 116 buah memang tidak sebanding dengan jumlah pezikir. Meski begitu panganan yang terkumpul dari semua tolangga angkanya cukup fantastis yakni 57.222 kue. Jumlah itu hanya dihitung dari kue kue tradisional. Tidak termasuk panganan modifikasi.

Desa Bongo Ditetapkan Desa Wisata Religi

Sejak beberapa tahun lalu perayaan walima di Desa Bongo sudah dijadikan sebagai even pariwisata bertajuk Festival Walima. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Rifli Katili menyebut perayaan walima digelar di hampir semua daerah di Gorontalo. Meski begitu, desa Bongo menjadi ikon pariwisatanya.

“Peringatan maulid di Gorontalo sendiri diperingati oleh seluruh daerah tapi di Bongo ini memang terkenal dengan yang paling terbesar dan meriah,” ucap Rifli yang hadir saat proses doa di masjid.

“Momentum perayaan maulid nabi Muhammad SAW adalah momentum kita untuk meneladani sifat kenabian beliau. Hari ini buktinya yang hadir ratusan orang bukan cuma dari Gorontalo, tadi saya tanya ada dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Tentu ini semakin menjadikan Bongo adalah pusat wisata religi di Gorontalo,” tambahnya.

Daya tarik Festival Walima terletak pada arakan arakan tolangga ke masjid. Bentuknya yang unik dan banyaknya tolangga yang dibuat menjadi momen penting yang wajib diabadikan pengunjung setiap setahun sekali.

Warga dari luar kampung juga bisa mencicipi kolombengi dengan bertamu di rumah rumah warga. Rasa kolombengi yang manis dengan tekstur yang lembut menjadi kudapan yang pas dipasangkan dengan teh atau kopi panas.

Selain melestarikan tradisi walima dengan baik, Desa Bongo punya tiga daya tarik destinasi wisata. Di bagian timur ada Pantai Dulanga, di atas bukit desa dibangun masjid Walima Emas serta Taman Bubohu di tengah desa.

Seorang pengunjung melihat miniatur tolangga yang menghiasi Masjid Walima Emas di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Masjid Walima Emas menjadi salah satu destinasi wisata di Desa Bongo. (Foto : Dokumentasi MC Prov. Gorontalo)

Penggagasnya adalah almarhum Yosef Tahir Ma’ruf atau lebih dikenal dengan Yotama. Tokoh setempat yang peduli terhadap pelestarian agama dan budaya. Bersama warga desa setempat, Taman Bubohu dijadikan sebagai pesantren alam dengan empat buah wombohe atau pondok berbentuk walima. Empat wombohe sebagai simbol empat sahabat Nabi.

Di sisi tengahnya ada kolam berbentuk seperti janin manusia dalam kandungan. Kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadi filosofi dari kolam itu. Ada juga ratusan burung merpati yang senantiasa menyambut wisatan yang berkunjung ke tempat tersebut.

Seorang pengunjung melihat miniatur tolangga yang menghiasi Masjid Walima Emas di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Masjid Walima Emas menjadi salah satu destinasi wisata di Desa Bongo. (Foto : Dokumentasi MC Prov. Gorontalo)

Masjid Walima Emas melengkapi simbol religi desa Bongo. Bentuknya unik, menyerupai seperti tolangga raksasa yang berdiri di atas bukit. Selain sebagai tempat ibadah, pemandangan pantai desa Bongo dan sebagian Kota Gorontalo terlihat dari sana.

Tahun 2021 Desa Bongo mendapatkan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bongo menjadi juara dua kategori Desa Wisata Berkembang. Tidak hanya itu, keindahan alam dan warganya yang religi membuat Desa Bongo ditetapkan Pemerintah Provinsi Gorontalo sebagai Desa Wisata Religi.

Seorang pengunjung memberi makan burung merpati di Taman Wisata Religi Bubohu di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Selain bisa memberi makan ribuan ekor burung merpati, pengunjung juga bisa menikmati wombohe atau gubuk khas Gorontalo, serta melihat fosil-fosil kayu yang ada di Taman Wisata Religi Bubohu. (Foto : Dokumentasi MC Prov. Gorontalo)
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno (tengah), menandatangani prasasti Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) pada visitasi di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Desa Bongo meraih juara kedua ADWI 2021 pada kategori Desa Wisata Berkembang. (Foto : Dokumentasi MC Prov. Gorontalo)

Tim liputan : Dinas Kominfo dan Statistik Pemprov Gorontalo

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI