Pandemi covid-19 belum juga berlalu, perekonomian masih terseok. Namun itu tak membuat berdiam diri dan mengeluh dengan kondisi yang ada. Banyak yang tetap berjuang agar selamat dari badai pandemi ini dan bangkit perlahan, baik dengan beralih usaha atau menjalin kolaborasi dengan berbagai usaha.
Inilah yang dilakukan oleh Chaidir Azmad Maudi, Pemiliki bengkel M-Teknik, yang berlokasi di Desa Talango, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango. Di masa awal berlangsungnya pandemi covid-19, usahanya yang bergerak dalam bidang perbengkelan tidak berjalan dengan baik. Lesunya perekonomian membuat ia hanya menerima 1-2 pesanan peralatan atau perbaikan alat. Itu membuat pendapatannya turun drastis.
“Sejak awal pandemi covid-19, permintaan sangat menurun, hingga 70 persen. Namun sekarang sudah mulai bergeliat, ada beberapa UMKM yang sudah mulai memesan. Sebelum pandemi, pendapatan per bulan rata-rata Rp7 juta. Saat pandemi maksimal hanya Rp2 juta,” kata Chaidir saat ditemui di bengkelnya.
Chaidir yang akrab dipanggil Maman ini memulai usaha bengkelnya pada tahun 2008, dengan memanfaatkan lahan kosong di belakang rumahnya. Usaha perbengkelannya dimulai dengan pembuatan alat-alat rekayasa yang belum canggih. Pembuatan alatpun disesuaikan dengan pesanan konsumen.
“Kita disini hanya bermodalkan imajinasi sendiri. Dari pemesanan itu, kita minta dari konsumen seperti apa yang mereka inginkan, itu yang kita buat,” jelas Maman.
Maman memilih usaha bengkel rekayasa karena melihat ada peluang besar dalam bidang ini. Ia juga merasa, masih minimnya ketertarikan masyarakat yang punya usaha bengkel untuk masuk dalam jenis usaha bengkel rekayasa. Sebagian besar bengkel hanya bengkel las untuk pagar dan atap.
“Melihat peluang, saya mencoba mengembangkan berbagai macam ide untuk kita buat, berbagai macam mesin, apa saja yang mereka minta, kita usahakan sampai kita bisa,” urai Maman.
Tahun berlalu, dari sekedar kegiatan untuk memperbaiki peralatan mesin yang rusak, Maman pun mulai mengembangkan ide-idenya dalam pembuatan peralatan untuk membuat berbagai mesin yang dibutuhan oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Dibantu oleh Dinas Kumperindag Provinsi Gorontalo, dimana Bengkel M-Tehnik merupakan salah satu binaan mereka, Maman mulai mengerjakan berbagai alat mesin. Ia kemudian memproduksi jenis-jenis mesin seperti mesin perontok padi, mesin penggiling padi, dan mesin penepung.
Ia menyatakan, banyak pelaku UMKM yang membutuhkan mesin-mesin rekayasa yang selama ini dipesan di luar daerah. Namun beban biaya pengiriman barang, serta klaim garansi yang agak sulit dilakukan, membuat para pengusaha UMKM ini menjadi terbebani.
Saat ini, di tengah pandemi covid-19 yang masih berlangsung, usaha bengkel M-Tehnik yang merupakan IKM logam, diajak bekerjasama oleh Koperasi Segala Sagela (KSS). KSS adalah koperasi yang beranggotakan sejumlah IKM pangan yang mengolah ikan sagela dan produk makanan lainnya.
Dewi Biahimo, pembina Koperasi Segala Sagela menjelaskan, ia mengajak IKM logam bengkel M-Tehnik untuk berkolaborasi dengan KSS. Selama ini IKM pangan banyak menggunakan alat mesin untuk untuk memproduksi produk mereka. Tapi, lanjut Dewi, mereka kesulitan jika alat yang digunakan rusak dan tidak ada tempat perbaikan (service) yang tetap, yang paham dengan cara kerja mesin dan keinginan mereka.
“ Jadi, kerjasama dengan M-Tehnik ini untuk membuat mesin yang dipesan sekaligus maintenance, agar mudah bagi mereka (IKM pangan),” jelas Dewi.
Ia menambahkan, dengan adanya kolaborasi ini, minyak bekas (minyak jelantah) yang dihasilkan oleh IKM pangan, dapat diolah kembali menjadi bio solar dengan menggunakan produk mesin rekayasa produksi bengkel M-Tehnik.
“Kalau itu bisa diolah menjadi bio solar, maka itu bisa menjadi peluang baru, bisa menjadi pengelolaan lingkungan yang baru. Ini bisa membuktikan, bahwa paling tidak produk KSS itu mulai menuju zero waste (tidak menghasilkan sampah). Limbah mereka bisa berguna untuk orang lain seperti petani atau nelayan,” urai Dewi.
Ajakan untuk berkolaborasi disambut dengan baik oleh Maman. Terlebih masa-masa pandemi covid-19 yang belum juga berlalu dan masih mempengaruhi perkembangan usahanya. Ia mulai memenuhi pesanan beberapa IKM pangan, diantaranya mesin untuk pengolahan gula semut dan mesin pengaduk abon.
“Untuk mesin pengolah abon ikan, sudah ada UMKM yang menggunakan produksi kami. Ada 3 UMKM yang sudah menggunakan. Proses pembuatan mesin dibuat otodidak dengan melihat gambar yang ada di internet, dikembangkan dengan inovasi sendiri melalui aplikasi di komputer,” ungkap Maman.
Pemerintah Provinsi Gorontalo sendiri telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk membantu IKM/UKM/UMKM di daerah agar mampu melewati masa pandemi ini. Sesuai data dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) Provinsi Gorontalo, sebanyak 29.396 atau 31 persen jumlah UMKM di Provinsi Gorontalo dilaporkan tumbang selama masa pandemi covid-19. Saat ini tercatat ada 94.829 UMKM di Gorontalo.
Kepala Diskumperindag Provinsi Gorontalo , Risjon Sunge, menjelaskan pandemi covid selama kurang lebih dua tahun sangat berdampak pada usaha IKM dan UKM, baik pada sektor proses produksi, ketersediaan bahan baku, mobilitas dan aspek pemasaran produknya.
“Pada kondisi seperti itu, pemerintah daerah melalui Dinas Kumperindag Provinsi Gorontalo telah melakukan upaya-upaya,” jelasnya.
Upaya-upaya yang dilakukan diantaranya dengan menstimulasi IKM/UKM/UMKM dengan bantuan bahan dan peralatan produk, melakukan pelatihan perluasan jaringan pemasaran dan kerja sama dengan operator jaringan marketplace atau penjualan online, melakukan kurasi dan mengikutsertakan produk IKM dan UKM dalam pameran-pameran produk. Pada aspek kebijakan, Kumperindag membuat regulasi berupa surat edaran gubernur untuk menggunakan produk IKM dan UKM lokal serta terus mendorong gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI).
Lebih lanjut Risjon menguraikan, untuk membantu pemulihan ekonomi khususnya bagi UKM/IKM/UMKM, Diskumperindag terus menumbuh kembangkan usaha-usaha pelaku IKM/UKM/UMKM agar usaha produktif ini kembali eksis, sehingga mampu menumbuhkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Selain itu juga dilakukan pembinaan dan pendampingan kepada IKM/UKM/UMKM untuk terus meningkatkan kualitas, kuantitas, serta pengemasan dan pemasaran produknya yang adaptif dengan di era pandemi covid 19, dan terus menumbuhkan spirit wirausaha bagi pelaku IKM/ UKM/UMKM yang inovatif, kompetitif, kolaboratif dengan produk yang marketable (memenuhi kebutuhan/ selera pasar) dan mampu membuka peluang kerja dan pendapatan bagi masyarakat.
Pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri baru-baru ini mengeluarkan Surat Edaran tentang Kebijakan Dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022. Salah satu poinnya menjelaskan bahwa APBD tahun 2022 harus memberikan stimulus untuk mendukung reformasi struktural guna memulihkan ekonomi, meningkatkan produktivitas dan daya saing daerah.
“Di Tahun 2022 nanti, dimana pemulihan ekonomi terus dilakukan, kami meningkatkan program penumbuhan, pengembangan dan penguatan basis bisnis IKM/UKM/UMKM melalui penguatan kapasitas pelaku dan manajemen usaha, memberikan stimulasi bahan dan peralatan, peningkatan kualitas produk dengan peningkatan jumlah penerima fasilitasi (produk) halal dan kemasan, serta mendorong perluasan jaringan pemasaran produknya ke skala yang lebih luas dan mendorong untuk produk tertentu dapat menembus pasaran global atau ekspor. Untuk mendukung proses produk IKM dan UKM yang efisien dan kompetitif, Dinas akan membentuk unit kerja yang dapat memfasilitasi pengembangan produk dan pengemasan produk IKM/UKM/UMKM di daerah,” ungkap Risjon.
Kolaborasi yang diciptakan antara bengkel M-Tehnik dan IKM pangan tentu saja memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Terlebih di masa pandemi saat ini, dimana semua berusaha untuk selamat dari keterpurukan ekonomi. Berkolaborasi untuk bangkit bersama.
Meminjam ungkapan dari Helen Adams Keller, seorang penulis dan aktivis politik Amerika, “ Alone we can do so little; together we can do so much”.
*ANIE*