REFLEKSI AKHIR TAHUN 2019
Provinsi Gorontalo menjadi salah satu daerah dengan potensi kelautan dan perikanan terbesar di Indonesia. Gorontalo memiliki panjang garis pantai sebesar 903,7 KM. Rinciannya, panjang pantai bagian utara (Laut Sulawesi) 331,2 KM dan pantai selatan (Teluk Tomini) 572,5 KM.
Dengan luas perairan Gorontalo 963.843,63 Ha atau (9,638,44 Km2) tidak heran jika sektor ini menjadi salah satu andalan daerah. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan menyebutkan saat ini ada 19.013 nelayan yang menggantungkan hidupnya di laut. Ada juga rumah tangga perikanan budidaya sebesar 4.609 RTP, pelaku pengolah hasil perikanan 462 RTP dan pelaku usaha pemasar hasil perikanan sejumlah 3746 orang.
KOTA GORONTALO, Humas – Sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Gorontalo sejak awal pemerintahan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan Wakil Gubernur Idris Rahim diarahkan untuk mengintervensi program dari hulu ke hilir. Mulai fasilitas pelabuhan, armada tangkap, pemasaran perikanan, berbagai program gratis untuk merangsang konsumsi ikan di tingkat masyarakat.
Armada perikanan tangkap sejak tahun 2012 hingga 2019 mengalami kenaikan 76,6 persen. Sebelumnya hanya 60 unit kini sudah menjadi 106 unit dengan jenis perahu fiber kapasitas 3 – 5 Grosston (GT). Ada juga bantuan kapal 5 – 30 GT dengan jumlah 75 unit.
“Penguatan armada di tingkat nelayan untuk tahun 2019 terus kita berikan. Misalnya untuk bantuan perahu 3 GT bermesin 15 PK ada 95 unit. Bantuan perahu fiber bermesin 9 PK ada 10 unit. Mesin katinting 9 PK 20 unit, mesin tempel 15 PK 20 unit. Ada juga bantuan perahu untuk penyuluhan di Gorontalo Utara satu unit,” urai Kadis Kelautan dan Perikanan, Sila Botutihe, Kamis (26/12/2019).
Selain penguatan armada, modernisasi pelabuhan perikanan juga dilakukan. Fasilitas pokok dan penunjang seperti dermaga, sarana bongkar muat, kantor pelayanan dan tempat pelelangan ikan terus diperbaiki. Realisasi untuk pelabuhan perikanan dilakukan di PPI Gentuma di Gorontalo Utara dan PPI Tenda di Kota Gorontalo.
Untuk memaksimalkan tangkap ikan nelayan, sejak beberapa tahun terakhir Pemprov Gorontalo menjalin kerjasama dengan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN). Kerjasama dalam hal pemanfaatan teknologi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI).
Teknologi itu memungkinkan nelayan mengetahui titik koordinat ikan berkumpul, kondisi cuaca dan gelombang saat melaut. Teknologi yang memberikan efisiensi biaya operasional dan meningkatkan hasil tangkapan.
Bahkan pada tahun 2018, Pemprov Gorontalo mendapat penghargaan Indriya Mandrawa Sebagai pengguna Informasi Pengindraan jauh terbaik I nasional tahun 2018. Teknologi yang terus digunakan hingga sekarang.
Berbagai intervensi ini berdampak pada produksi perikanan tangkap Gorontalo dari tahun ke tahun. Data Dinas KKP menyebutkan produksi perikanan tangkap tahun 2017 hingga 2019 masing-masing 136.157 ton, 142.411 ton dan 148.953 pada tahun 2019 berdasarkan data perkiraan sementara. Jika dibandingkan produksi perikanan tangkap tahun 2012 maka mengalami kenaikan sebesar 73,57 persen dari produksi saat itu yang baru mencapai 85.815 ton per tahun.
Produksi ikan tangkap yang cukup baik juga didukung dengan kinerja nilai dan volume ekspor hasil perikanan. Pada tahun 2016 nilai ekspor hasil perikanan baru mencapai USD 228.289 dengan volume 51 ton. Tahun 2019 naik menjadi USD 12.957.743 dengan volume ekspor 15.887 ton.
Indikator lainnya yakni Nilai Tukar nelayan (NTN-PI). Data BPS menyebutkan NTN-PI dari tahun 2012 – 2018 berada di atas point nilai 100. 2017 NTN-PI mencapai 108,38 sementara tahun 2018 meningkat menjadi 123,49. Dinas KKP berharap nilai tersebut akan terus meningkat di tahun 2019 ini.
Meningkatnya produksi perikanan khususnya tangkap juga ikut berpengaruh pada rendahnya tingkat inflasi di daerah tahun 2018. Inflasi saat itu cukup baik yang mengantarkan Provinsi Gorontalo sebagai Tim TPID Terbaik Nasional Wilayah Sulawesi. Salah satu penyumbang utama inflasi tiga tahun terakhir yakni konsumsi ikan segar. Rata-rata inflasi kelompok ikan segar mencapai 12,14% (yoy).
Penjual Ikan Keliling Difasilitasi dengan Sepeda Motor Berkotak Pendingin
Masalah perikanan tidak cukup jika hanya diintervensi dalam hal armada dan fasilitas pelabuhan. Ada faktor pemasaran yang memiliki peran penting, salah satunya pemasaran di tingkat penjual keliling.
Gubernur Rusli merasa prihatin masih banyak penjual ikan keliling yang masih menggunakan sepeda ontel. Selain jangkauan sepeda yang terbatas, kualitas kesegaran ikan tidak dapat terjamin karena mudah rusak oleh cuaca.
Kondisi itu yang membuat DKKP mulai tahun 2012 menganggarkan penggantian sepeda ontel dengan sepeda motor lengkap dengan kotak pendingin ikan. Jumlahnya hingga tahun 2019 yakni 445 unit.
Pemasaran dengan sepeda motor berkotak pendingin secara langsung memberi dampak ekonomi yang signifikan. Rata-rata keuntungan bersih meningkat menjadi Rp. 70.000 – Rp. 110.000 per hari.
Upaya Peningkatan Konsumsi Ikan
Tinggal di daerah dengan potensi laut dan perikanan yang melimpah tidak menjamin tingkat konsumsi ikan ikut membaik. Berbagai faktor menjadi kendala diantaranya jarak yang jauh pantai dan kemampuan akses secara ekonomi.
Oleh karena itu, Dinas KKP membuat program Kanmaskin atau bantuan ikan untuk masyarakat miskin. Capaian dari program ini cukup baik di mana tahun 2018 sudah menjangkau 2.700 rumah tangga miskin dan tahun 2019 menjangkau 3015 rumah tangga miskin. Bantuan ikan 1,5 kg per orang tiap bulan dengan jenis ikan yang bervariasi.
“Kita juga punya program Fish to School atau ikan masuk sekolah. Ini program edukasi bagi siswa SD, SMP dan SMA untuk menggalakkan cinta makan ikan. Ada juga program Fish for Baby untuk ibu hamil dan ibu menyusui. Fish for baby baru kita mulai tahun ini dengan cakupan ibu hamil menyusui yang diintervensi sebanyak 442 orang,” jelas Sila.
Anak-anak panti asuhan dan pesantren juga tidak luput dari program gemar makan ikan. Gubernur Rusli meminta anak-anak panti dan pesantren diintervensi dengan bantuan 1 kg ikan per orang per bulan. Tahun ini program itu sudah dirasakan manfaatnya oleh 42 panti asuhan dan pesantren yang tersebar di 28 kecamatan.
Salah satu terobosan lain yakni dengan mengintensifkan pasar ikan murah. Operasi pasar tersebut biasanya berbarengan dengan pelaksanaan Bakti Sosial NKRI Peduli yang digilir setiap kecamatan.
Harga ikan tuna, ikan cakalang dan jenis lainnya dijual super murah. Jika harga di pasaran untuk tuna seharga Rp60.000,- per kg, maka pada pasar murah cukup ditebus dengan harga Rp5.000,- per setengah kilogramnya.
Intervensi program pada penjulan dan akses masyarakat pada gilirannya memberi dampak signifikan terhadap peningkatan konsumsi ikan bagi masyarakat. Data statistik perikanan dan kelautan tahun 2019 menyebutkan angka konsumsi ikan Provinsi Gorontalo meningkat dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2014 sebesar 46,81 kg/kapita per thn dan pada akhir tahun 2019 naik menjadi 59.84 kg/kapita per tahun atau naik sebesar 24 persen.
Angka konsumsi ikan Provinsi Gorontalo Jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka konsumsi ikan secara nasional dimana pada tahun 2014 secara nasional sebesar 38,14 kg/kapita per tahun dan pada akhir tahun 2019 secara nasional hanya sebesar 54,49 kg/kapita per tahun.***
Pewarta: Isam