Ketua Yayasan Pendidikan Prasetya Gorontalo Terima Penghargaan

Plh Sekda Provinsi Gorontalo Syukri Botutihe (ketiga kanan) menyerahkan penghargaan kepada Ketua Yayasan Pendidikan Prasetya Gorontalo dr. Nikarti Pakaya di ruang kerja sekda kantor gubernur, Kamis (29/8/2019). Penghargaan tersebut diberikan Pemprov Gorontalo kepada ketua yayasan karena telah memberikan sumbangsih bagi kemajuan pendidikan di Provinsi Gorontalo dengan menyerahkan seluruh asset yayasan serta pengelolaan SMA Prasetya Gorontalo untuk dikelola menjadi SMA Negeri. (Foto: Nova – Humas).

KOTA GORONTALO, Humas – Ketua Yayasan Pendidikan Prasetya Gorontalo dr. Nikarti Pakaya menerima penghargaan dari Pemerintah Provinsi Gorontalo karena telah memberikan sumbangsih bagi kemajuan pendidikan di Provinsi Gorontalo dengan menyerahkan seluruh aset yayasan serta pengelolaan SMA Prasetya Gorontalo untuk dikelola menjadi SMA Negeri.

Penghargaan tersebut diserahkan oleh Pelaksana Harian (Plh) Sekda Provinsi Gorontalo Syukri Botutihe kepada Ketua Yayasan dr. Nikarti Pakaya di ruang kerja sekda kantor gubernur, Kamis (29/8/2019).

“Saya mewakili Gubernur Gorontalo dan seluruh masyarakat Provinsi Gorontalo mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tak terhingga atas dedikasi yang telah diberikan oleh ketua yayasan yang menyerahkan SMA Prasetya menjadi tanggung jawab pemerintah,” kata Syukri.

Asisten Bidang Pemerintahan itu berharap, ketika beralih status menjadi negeri, sekolah Prasetya bisa berkembang menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Terkait nama sekolah, Ia mengatakan akan tetap mempertahankan nama Prasetya nya karena ada makna sejarahnya serta tetap menjaga tradisi yang sudah dijalankan selama ini.

“Mungkin hanya ada ketambahan kata Negeri karena ini sudah menjadi sekolah milik pemerintah. Jangan sampai besok-besok ada lulusan SMA Prasetya yang ingin melegalisir ijazah tapi sudah tidak menemukan dimana SMA Prasetya,” ujar Sukri.

Sementara itu Kepala SMA Prasetya Gorontalo Amran Saleh mengatakan, adanya pengalihan status ini dikarenakan kondisi perubahan sekarang dimana siswa lebih banyak memilih sekolah negeri. Jika SMA Prasetya bertahan di swasta, kemungkinan sekolah yang beridiri sejak 17 Agustus 1980 ini akan sulit mendapatkan siswa, bisa-bisa sekolah ini tutup.

“Contohnya saja tahun kemarin untuk kelas sepuluh kami hanya dapat 3 ruang belajar, untuk tahun ini hanya 2 ruang belajar dengan jumlah siswa yang hanya 60an. Dengan kondisi tersebut kami berpikir untuk merubah dan alhamdulillah mendapatkan respon positif, baik dari ketua yayasan dan pemerintah untuk alih status,” imbuhnya.

Amran berharap dengan beralihnya status dari swasta ke negeri ini akan ada peningkatan baik itu secara kualitas maupun kuantitas.

Pewarta: Nova

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI