KOTA GORONTALO, Humas – Provinsi Gorontalo menargetkan Total Fertility Rate (TFR) berada pada angka 2,1 anak perwanita untuk mencegah adanya ledakan penduduk. Namun, sesuai hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, angka Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total di Provinsi Gorontalo masih berada pada angka 2,5 anak perwanita. Angka ini hanya turun 0,1 poin dari hasil SDKI tahun 2012, yakni 2,6 anak perwanita.
“Tentu ini menjadi PR (pekerjaan rumah) kita bersama, karena target kita adalah menurunkannya lagi menjadi 2,1 anak perwanita. Target tersebut sesuai dengan sasaran dalam RPJMN. Jika TFR tidak bisa diturunkan, maka Gorontalo kedepan akan mengalami ledakan penduduk,” ungkap Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Darda Daraba saat memberikan arahan pada pembukaan rapat kerja daerah yang dirangkaikan dengan rapat koordinasi teknis kemitraan program kependudukan, keluarga berencana dan pengembangan keluarga tingkat Provinsi Gorontalo, Kamis (21/3/2019) di Ballroom Hotel Damhil UNG.
Menurutnya, dari sisi luas wilayah, memang Gorontalo tidak memiliki masalah dengan penyebaran penduduk yang ada. Namun, perlu kita mempertimbangkan berbagai aspek yang akan berdampak buruk dan under estimate dengan adanya pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan akses pendidikan, kesehatan, penyediaan infrastruktur dan penyediaan lapangan kerja yang membutuhkan keseriusan dari pemerintah daerah beserta stake holder yang ada.
“Jika angka keliharan total ini malah meningkat, maka tidak mustahil dan hampir pasti bahwa program bantuan yang masuk ke Gorontalo tidak begitu dirasakan masyarakat. Pemerintah juga harus mampu menyediakan lapangan pekerjaan, air bersih, energi dan tentunya memerlukan anggaran yang tidak sedikit,” jelas Darda.
Mencegah ledakan penduduk terjadi, sekdapun mengimbau bupati dan walikota melalui dinas terkait agar memperhatikan serta mendukung sepenuhnya program-program kependudukan dan KB.
“Lewat kegiatan dan program kependudukan itulah, tingkatkan pemahaman masyarakat tentang pengaturan jumlah dan waktu yang ideal untuk memiliki anak, sehingga memberikan kesempatan yang luas bagi perempuan untuk meningkatkan dan memberdayakan ekonomi keluarganya,” harap Sekda yang juga tetap berkomitmen untuk menurunkan angka TFR pada angka 2,1 anak perwanita.
Ditempat yang sama, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Gorontalo, Edi Mu’in, mengungkapkan pembangunan keluarga dilakukan melalui pendekatan siklus Kehidupan serta dengan penerapan 8 fungsi keluarga . Pembangunan keluarga diawali sejak 1000 hari pertama kehidupan, kemudian berlanjut pada anak, remaja sampai berkeluarga, hingga lansia.
Saat ini, BKKBN Gorontalo telah melaksanakan program aksi di setiap tahapan keluarga tersebut dan dilayani melalui aktifitas kelompok kegiatan yang sudah ditetapkan menjadi layanan publik terintegrasi sampai tingkat kecamatan dan desa / kelurahan.
“Dalam mengurangi angka kemiskinan dan penanggulangan gizi buruk, melalui pendekatan keluarga telah membentuk Kampung KB yang tersebar di seluruh Provinsi Gorontalo. Salah satu program bagi generasi Milenial yang digagas BKKBN adalah Program Generasi Berencana (GENRE) yang bermuara pada membangun kesadaran dan perilaku positif remaja, terhadap bahaya napza, nikah pada usia anak, dan seks pra nikah,” tandasnya. Kegiatan ini diikuti 250 peserta yang berasal dari BKKBN se-Provinsi Gorontalo.
Pewarta : Nova
Editor : Asriani