Bone Bolango, Humas – Pemerintah Provinsi Gorontalo memperingati puncak Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional Tahun 2018 Tingkat Provinsi Gorontalo, Kamis (13/12/2018) di Danau Perintis Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango.
Puncak peringatan yang mengambil tema “ DAS Sehat Sejahterakan Rakyat “ditandai dengan penanaman pohon di sekitar lokasi Danau Perintis. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan berupa pembangunan hutan serba guna seluas 10 Ha, reboisasi seluas 400 Ha, rehabilitasi DTA Danau Limboto yakni kegiatan agroforestry seluas 125 Ha, pembuatan sumur resapan air sebanyak 110 unit, DAM penahan sebanyak 15 unit, Gully Plug sebanyak 34 unit serta Kebun Bibit Rakyat sebanyak 18 unit.
Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Darda Daraba saat membacakan sambutan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dalam acara tersebut mengatakan peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI), harus dimaknai sebagai momentum untuk menempatkan betapa pentingnya dan mendesaknya pemulihan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai sebuah bentang alam.
Darda mengungkapkan, DAS adalah wadah atau ekosistem seluruh aktivitas manusia dengan segala dinamikanya. Dalam konstelasi bentang alam, manusia adalah pengguna sekaligus faktor penentu dari proses yang terjadi, memastikan bagaimana berbagai intervensi yang dilakukan tidak menyebabkan deviasi terlalu besar terhadap kondisi dan kesetimbangan atau equilibrium system ekologis yang ada.
“ Itulah mengapa kita harus memperluas perspektif dari sekedar menanam dan menanam ke pemulihan DAS secara holistic. Kerusakan DAS berdampak multidimensi, pengaruhnya terhadap ketahanan air, pangan serta energi dan fakta-faktanya tak terbantahkan terjadi diberbagai wilayah nusantara kita, “ucap Darda.
Sesuai data lanjut Sekda, kerugian akibat erosi di Jawa pada tahun 2005 sudah mencapai US$ 400 juta per tahun, indeks ketersediaan air Jawa dan Bali (60% penduduk Indonesia bermukim) berdasarkan survey tahun 1986 sebesar 1.750 m3/kapita/tahun, sudah termasuk kategori kritis menurut klasifikasi Institut Sumberdaya Air Dunia.
“ Dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,1 % per tahun, dapat dibayangkan krisis sumberdaya air yang terjadi bila keruskan DAS terus berlangsung,” ujar Sekda.
Olehnya, dengan pendekatan yang lebih holistic dalam konteks DAS, berbagai program pengelolaan sumber daya alam dapat diinternalisasikan ke dalam tata ruang sehingga harmonisasi program dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan dampak dan manfaat, pungkas Darda.
Pewarta : Burhanudin
Editor : Asriani