KABUPATEN GORONTALO, Humas – Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan Hari Besar Islam yang selalu diperingati oleh umat Islam. Demikian pula bagi masyarakat Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Hari Kelahiran Rasulullah yang diperingati pada Ahad (25/11/2018) atau 17 Rabiul Awal 1440 Hijriah, menjadi momen yang sangat istimewa.
Desa Bongo yang dalam beberapa tahun terakhir dikenal sebagai Desa Wisata Religi di Provinsi Gorontalo, dengan salah satu ikonnya adalah pelaksanaan tradisi Walima untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Gelaran tradisi Walima menjadi daya tarik bagi umat muslim baik dari wilayah Provinsi Gorontalo maupun dari luar Gorontalo untuk berkunjung dan melihat langsung prosesi adat Walima.
“Tahun ini memang jumlah pengunjungnya sedikit menurun jika dibanding tahun lalu,” kata Alfred, salah satu warga Desa Bongo.
Meski demikian pelaksaan tradisi Walima tetap berlangsung meriah. Ditandai dengan banyak tolangga atau wadah untuk kolombengi atau kue adat Gorontalo yang jumlahnya mencapai 100 buah lebih. Tolangga yang dikumpulkan di halaman Masjid At Taqwa Desa Bongo, dimanfaatkan oleh pengunjung untuk berswafoto.
Sementara itu Asisten Bidang Pembangunan dan Ekonomi Setda Provinsi Gorontalo, Sutan Rusdi mengatakan, tradisi Walima merupakan kekayaan budaya daerah yang menunjukkan sifat religius masyarakat Gorontalo. Menurutnya, tradisi tersebut harus terus dilestarikan dan ditumbuhkembangkan di tengah era modernisasi teknologi dan informasi saat ini. Apalagi lanjutnya, Pemprov Gorontalo telah menetapkan Delapan Program Unggulan yang satu di antaranya adalah Agama dan Budaya yang Lebih Semarak.
“Tradisi Walima harus terus dilestarikan dan kita semarakkan. Selain sebagai bentuk kecintaan kita kepada Rasulullah, juga menjadi daya tarik orang-orang datang berkunjung ke Gorontalo,” kata Sutan Rusdi usai menghadiri prosesi Walima di Desa Bongo.
Tradisi Walima di Masjid At Taqwa dimulai pada Sabtu (25/11) malam dengan prosesi Dikili, yaitu dzikir yang berisi shalawat dan kisah Nabi Muhammad SAW yang dilantukan dalam bahasa daerah Gorontalo. Dikili dimulai setelah shalat Isya berjamaah hingga pagi hari. Sebanyak 332 pedzikir meramaikan Dikili di masjid tersebut.
Pewarta : Haris