Gorontalo Belum Miliki Jalur Evakuasi Bencana

 

Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim (berdiri) saat memberikan sambutan dalam kegiatan Simposium dan Workshop Hikmah Bencana Alam dan Mitigasi, di lokasi wisata Pentadio Resort, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (24/11/2018). (foto : Fikri- Humas)

Kabupaten Gorontalo, Humas – Gorontalo ternyata belum memiliki jalur evakuasi bencana. Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim saat membuka Simposium dan Workshop Hikmah Bencana Alam dan Mitigasi, di lokasi wisata Pentadio Resort, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (24/11/2018).

” Di Gorontalo ini belum ada petunjuk-petunjuk jalur evakuasi, kemana rakyat harus lewat, harus lari kalau terjadi bencana. Kemudian shelter, kita belum punya, bangunan-bangunan yang tinggi untuk nanti menampung rakyat apabila terjadi bencana,” ungkap Idris.

Selain belum tersedianya jalur evakuasi bencana, Idris juga menyebutkan jika kita tidak siap dalam menghadapi bencana yang disebabkan oleh dua hal, yaitu ketidaksiapan dalam mitigasi bencana dan OPD yang tidak siap.

” Hal ini disebabkan karena kita tidak menguasai mitigasi bencana. Kedua, organisasi perangkat daerah maupun instansi teknis lainnya, itu hanya sekedar saja ada dalam surat keputusan. Tapi apakah kita rutin melaksanakan rapat rapat?,” urai Idris mempertanyakan.

Menurutnya, untuk antisipasi terjadinya gempa, selama ini kita hanya percayakan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah saja, padahal ini adalah perangkat daerah yang mengkoordinir semua instansi.

Namun yang paling penting menurut wagub, bukan kita mempersiapkan organisasinya, tapi bagaimana kita bisa mengurangi akibat bencana itu, yaitu mitigasi bencana, mengurangi resiko kehilangan korban jiwa dan harta.

“Kita ini, langkah langkah antisipasi itu tidak ada. Seharusnya, baru mendung saja, kita sudah siap dengan payung. Kalau kita, air sudah setengah meter di rumah, baru kita siap siap dengan payung. Jadi langkah antisipasi itu tidak ada,” jelas idris.

Menyangkut mitigasi bencana, lebih jauh Idris menguraikan, mitigasi bencana dapat kita lihat dari dua pendekatan, pendekatan struktural, yaitu mengurangi resiko bencana dengan pembangunan fisik dan juga rekayasa teknis terhadap bangunan-bangunan yang tahan bencana. Kedua pendekatan non struktural, yaitu mengurangi resiko bencana dengan membuat kebijakan kebijakan, juga pemberdayaan masyarakat dan memperkuat institusi kita.

” Kita semua harus mempersiapkan dengan baik menyangkut mitigasi bencana ini,” harap Idris.

Wagub sangat mengapresiasi simposium dan workshop ini serta menganggap kegiatan ini strategis dan penting karena Indonesia termasuk dalam Ring of Fire, yaitu pertemuan antara 3 lempeng tektonik yang aktif, yaitu lempeng Indo Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik.

Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan iklim yang tropis dengan kondisi hidrolohisnya, sehingga disana sini terjadi bencana banjir, longsor dan juga angin puting beliung.

Idris berharap dengan adanya simposium dan workshop, akan lebih dibahas paripurna lagi tentang mitigasi bencana.

“Diharapkan nanti dikombinasikan antara ilmu dan pengalaman, nantinya menjadi satu rekomendasi kita. Menjadi pedoman bagi provinsi, pedoman bagi pemerintah kabupaten kota apabila terjadi bencana, dan mitigasinya juga jelas, apa tugas pokok masing masing setiap perangkat daerah,” pungkas wagub dua periode ini.

Kegiatan simposium dan workshop dilaksanakan oleh Pemkab Gorontalo dalam rangka HUT ke 345 Kabupaten Gorontalo serta dihadiri oleh Bupati Gorontalo, Sekda Gorontalo, dan diikuti oleh instansi Badan Penanggulangan Bencana Nasional dan juga Daerah se Provinsi Gorontalo, para pakar bencana, pimpinan perguruan tinggi serta OPD lingkup Kabupaten Gorontalo.

Pewarta : Asriani

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI