Kisah Gubernur Temui Keluarga Miskin yang Memasung Anaknya (Bagian 1)

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie (kiri) dan Ketua Tim Penggerak PKK Idah Syahidah (kanan) saat meninjau Hapsa (terbaring), penderita gangguan mental di Desa Datahu, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Selasa (15/5/2018). Hapsa putri ketiga dari pasangan keluarga miskin Jakaria Abdullah (48) dan Yatim Kasim (42) yang hidup di gubuk di salah satu bukit di desa setempat. (Foto: Salman-Humas).

GORONTALO UTARA, Humas – Puluhan iring iringan kendaraan roda empat Pemprov Gorontalo yang pagi itu hendak menuju Tolinggula, Kabupaten Gorontalo Utara, Selasa (15/5/2018) mendadak berbelok ke arah kiri. Rute kunjungan berubah mengarah ke jalan sempit perbukitan di Desa Datahu, Kecamatan Anggrek.

Rupanya pagi itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, ibu Ketua Tim Penggerak PKK Idah Syahidah dan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Roem Kono hendak menemui keluarga Jakaria Abdullah (48) dan Yatim Karim (42). Kelurga miskin yang tinggal di rumah reot di salah satu bukit di desa setempat.

Selain miskin, Jakaria dirundung duka karena putri ke tiga-nya Hapsa Abdullah (14) menderita ganggungan mental. Ia sering meronta-ronta tanpa sebab. Itulah kenapa anak perempuan itu terpaksa harus dipasung di dalam rumah yang hanya berukuran sekitar 4×3 meter. Kondisi yang ia alami sejak duduk di bangku kelas 3 SD.

“Saya dapat laporan dari salah satu pendamping PKH (Program Keluarga Harapan) melalui grup Whatsapp. Ada seorang anak warga miskin yang harus dipasung karena gangguan mental. Makanya hari ini saya mampir ke sini,” terang Rusli saat melihat dari dekat kondisi Hapsa.

Idah Syahidah, sang istri Gubernur yang nampak sedih dan terpukul. Ia tidak bisa membayangkan, masih ada keluarga yang tinggal di rumah kecil dengan kondisi seperti itu. Terlebih kondisi adik bungsu Hapsa, Muhammad Abdullah (5) tidak mengenyam bangku sekolah.

“Mau tinggal sama ibu di kota, nak? Mau yah? Nanti ibu sama bapak (gubernur) yang sekolahkan,” tanya Idah kepada Muhammad yang sedang dipeluk Jakaria.

Muhammad hanya duduk terdiam. Ia masih tidak mengerti bahwa yang hendak mengangkatnya menjadi anak asuh adalah istri seorang gubernur. Pun begitu dengan Jakaria dan Yatim yang tidak tamat sekolah dasar.

Jika tawaran untuk Muhammad tidak direspon, maka tawaran pengobatan gangguan mental bagi Hapsa tidak kuasa ditolak orang tuanya. Mereka langsung mengangguk ketika Idah Syahidah meminta agar Hapsa dibawa ke Kota Gorontalo untuk mendapatkan perawatan medis.

Di rumah Jakaria, sudah ada satu unit ambulance yang disiapkan pemprov. Semalam sebelumnya, Gubernur Rusli sudah memerintahkan Dinas Kesehatan untuk turun dan melacak rumah korban. Ia meminta agar Hapsa mendapat perawatan medis dengan baik.

“Saya berharap ia bisa disembuhkan melalui pengobatan berjenjang. Jika butuh dirujuk ke rumah sakit jiwa maka akan dirujuk. Semua biayanya ditanggung pemerintah,” timpal Rusli kepada orang tua Hapsa. (Bersambung).

Pewarta: Asriani/Isam

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI