Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Provinsi Gorontalo Idah Syahidah mengatakan, saat ini para pengrajin karawo masih didominasi usia lanjut. Sehingga menurutnya, harus ada regenerasi untuk mencegah punahnya sulaman khas daerah Gorontalo tersebut.
Hal ini disampaikan istri Gubernur Gorontalo Rusli Habibie saat membuka kegiatan pengembangan desain motif karawo, yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo, di Gedung Sentra Karawo Kota Gorontalo, Sabtu (16/2).
Idah menjelaskan, regenerasi karawo menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah tapi juga masyarakat, terkhusus bagi mereka yang berporfesi sebagai pengrajin karawo.
“Ibu-ibu yang pengrajin ini, bisa juga mengajak anak-anak atau cucunya untuk ikut pelatihan pengembangan desain karawo. Supaya generasi muda dapat menjadi penerus dan sulaman khas gorontalo ini tidak punah,” kata Idah kepada peserta yang hadir.
Selain untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat generasi muda terhadap kerajinan khas Gorontalo, Idah juga menilai saat ini desain motif karawo masih terlalu monoton dari masa ke masa. Hal ini juga bisa jadi dikarenakan kurangnya sentuhan kreatifitas dari generasi muda.
“Saya yakin anak-anak muda zaman sekarang lebih inovatif, kreatifitas mereka sangat dibutuhkan untuk melestarikan budaya Gorontalo khususnya Karawo agar bisa bersaing di pasar nasional dan internasional,” tambahnya.
Idah mengakui, kerajinan karawo memang memiliki tingkat kesulitan, ketelitian dan kesabaran yang tinggi. proses pemotongan kain, penyulaman hingga pemilihan warna benang yang akan disulam, menjadikan karawo sebagai kain yang cukup mahal karena harus dikerjakan secara manual.
“Kerajinan sulaman ini juga hanya dilakukan oleh kaum wanita pada siang hari karena membutuhkan pencahayaan yang terang, belum lagi kesibukannya mengurus rumah tangga. Ini juga yang menjadi faktor kendala berkembangnya desain motif karawo,” Jelas Idah.
Idah berharap, dengan adanya kegiatan pengembangan desain motif karawo seperti ini, dapat membuka wawasan para pengrajin untuk terus berinovasi agar sulaman yang dibuat lebih bervariasi baik dari segi warna maupun motif yang dibuat.
Pewarta: Atha
Editor: Isam