Gorontalo – Sebanyak 17 perguruan tinggi negeri dan swasta se- Provinsi Gorontalo menandatangani MOU Penanggulangan HIV-AIDS di lingkungan kampus pada acara Pencanangan Gerakan Three Zero dan Penandatanganan MoU Kerjasama.
Penandatanganan MoU kerjasama disaksikan Ketua Pelaksana KPA Provinsi Gorontalo yang diwakili oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Gorontalo Anis Naki, Ketua Tim Asistensi KPAP Gorontalo Idah Syahidah Rusli Habibie serta Sekretaris Daerah Kabupaten Gorontalo Khadijah Thaib, Selasa (30/1) di Gedung Serba Guna David Bobihoe Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Anis mengungkapkan, berdasarkan data resmi nasional dan Departeman Kesehatan RI, hingga akhir tahun 2016 secara kumulatif tercatat 198.219 kasus HIV dan 78.292 kasus AIDS. Di Provinsi Gorontalo berdasarkan laporan kasus yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada November 2017, terdapat 363 kasus terdiri dari 161 kasus HIV dan 202 kasus AIDS yang sudah tersebar di seluruh kabupaten/kota.
“Angka tersebut menggambarkan sepertiga dari jumlah penduduk Provinsi Gorontalo dalam ancaman kehidupan yang buruk dan diyakini masih jauh dari kondisi riil di masyarakat, mengingat HIV dan AIDS mengikuti pola fenomena gunung es yang nampak dipermukaan hanya sebagian kecil,” jelas Anis.
Mantan Kepala Kesbang Provinsi Gorontalo ini menambahkan, sebagian besar kasus AIDS terdapat pada kelompok usia 20-29 sebesar 50 % dan kelompok umur 30-39 tahun sebesar 29,6 %. Data tersebut menunjukkan bahwa ada suatu ancaman serius terhadap keberlangsungan generasi muda bangsa Indonesia kedepan.
” Dengan adanya MoU yang ditandatangani PTN dan PTS se-Gorontalo, dapat menjadi komitmen bersama dan dilaksanakan sepenuhnya sehingga mampu mereduksi dan mencegah penularan HIV AIDS di kalangan masyarakat terlebih dilingkungan perkampusan,” urai Anis Naki.
Hal senada disampaikan Ketua Tim Asistensi KPAP Gorontalo Idah Syahidah Rusli Habibie. Menurutnya dengan adanya penandatanganan MoU PTN dan PTS se-Provinsi Gorontalo tersebut, setidaknya bisa memperkecil dan mencegah penularan epidemik HIV AIDS khususnya di kalangan mahasiswa.
Menurut Idah gerakan three zero ini dipandang penting sebagai simbol gerakan bersama seluruh komponen masyarakat untuk sadar bahaya HIV AIDS.
Gerakan Three Zero tersebut terdiri dari zero infeksi baru yang berarti tidak ada kasus HIV yang baru, setiap orang mampu melindungi dirinya agar tidak tertular HIV dan tidak menularkan kepada orang lain. Kedua yaitu zero kematian terkait HIV AIDS yang berarti tidak ada yang meninggal karena AIDS dan yang ketiga zero stigma yaitu tidak ada diskriminasi terhadap ODHA.
Pewarta /foto : Burhan
Editor : Asriani