Gubernur Gorontalo Perangi Rokok, Dari Pegawai Hingga Nelayan.

 

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie saat berada di Pelabuhan Ikan Tenda, Kota Gorontalo, Sabtu (28/10). Kehadiran gubernur untuk bertemu dan memberikan bantuan kepada nelayan.

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie rupanya mulai bersikap keras untuk memerangi para perokok di Gorontalo. Selain rokok, menolak minuman keras dan obat obat terlarang juga ikut ia kampanyekan. Hal itu setidaknya terlihat pada dua agenda kegiatan yang ia hadiri, Sabtu (28/10).

Saat meresmikan Program Kewirausahaan Sekolah di SMA 1 Tibawa, mantan Bupati Gorontalo Utara itu tegas meminta para guru dan siswa untuk tidak merokok di lingkungan sekolah. Bagi para guru yang kedapatan merokok akan diberikan sangsi berupa mutasi di daerah terluar dan terpencil di Gorontalo.

“Mumpung sekarang sekolah SMA/SMK sudah menjadi kewenangan provinsi, maka saya akan pindahkan guru yang ketahuan merokok di daerah Popayato (kecamatan perbatasan dengan Sulawesi Tengah) sana. Biar kapok nanti,” terang Rusli.

Larangan merokok bukan kali ini saja terjadi. Sejak menjabat gubernur, Rusli menjadikan setiap kantor di lingkungan provinsi steril dari asap nikotin. Para ASN dilarang untuk “berasap-asap” ria di kantor. Denda uang, tidak dibayarkan tunjangan kinerja daerah (TKD) hingga mutasi pegawai menjadi momok bagi ASN yang tidak patuh terhadap larangan tersebut.

Bergeser ke agenda selanjutnya, Rusli bersama isteri Idah Syahidah bertemu nelayan di Pelabuhan Ikan Tenda, Kota Gorontalo. Di tempat itu, Rusli juga dibuat kesal karena ada beberapa nelayan yang terlihat merokok saat acara berlangsung. Ia meminta agar nelayan berhenti merokok.

“Coba bapak bapak yang merokok, matikan dulu. Jangan ada lagi yang merokok ya. Untuk beli rokok uangnya ada. Bayangkan sehari dua bungkus berarti ada 40 Ribu. Diminta bayar (iuran) BPJS 23 Ribu tidak bisa, bilangnya miskin,” kesal Rusli.

Gubernur dari partai Golkar itu bahkan sempat mengancam menarik bantuan jika nelayan masih gemar merokok. Dinas terkait juga diminta selektif untuk memberi bantuan hanya untuk yang bukan perokok. Sebab para perokok dinilainya mampu dan tidak layak dibantu.

 

Editor/Pewarta : Isam

Foto : Salman

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI