Gorontalo adalah Serambi Madinah. Demikian seluruh rakyat Gorontalo meyakini jati diri itu. Gorontalo mengikrarkan diri sebagai sebuah negeri dengan adat bersendikan syara’ (syariat islam) dan syara’ bersendikan kitabullah (Alquran). Sudahkah jatidiri dan filosogi serambi madinah sudah terimplementasi di Gorontalo?
Menjadi pekerjaan rumah kita bersama untuk agar filosofi dan jatidiri serambi madinah tersebut bisa membumi dan terimplemetasikan secara sistematis kedalam sikap tibdak dan perilaku sehari hari seluruh penduduk Gorontalo. Dalam pandangan dan imajinasi saya, serambi madinah adalah sebuah negeri yang penuh rahmat dan keberkahan dari Allah SWT yang ditandai dengan sifat dan sikap penuh kasih sayang, saling menjaga, saling melindungi dan menghormati. Yang kuat melindungi yang lemah. Yang lemah menghornati yang kuat. Sebuah negeri yang penuh kedamaian dengan isi penduduknya yang ramah dan menjadi kaum penolong bagi siapapun yang berada dalam kesusahan sebagaimana kaum Anshor menolong kaum Muhajirin. Semua agama yang ada seperti Hindu, Budha, Konghucu, Kristen, Katolik dan Islam seluruh pemeluknya diberikan kesempatan yang sama untuk beribadah dan mendapatkan perlindungan dari negara. Semua pemeluk agama hidup rukun dan saling hormat menghormati.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk membumikan serambi madinah, antara lain:
Pertama, semua pemeluk agama taat menjalan ajaran agamanya dan beribadah secara khusuk ditempat ibadah masing-masing. Bagi yang beragama Islam marilah ketika terdengar adzan kita tinggalkan semua aktivitas kita untuk memenuhi panggilan Illahi menunaikan sholat. Yang sedang rapat harus segera tinggalkan rapat, yang sedang berniaga tutuplah toko2nya, yang sedang bersekolah atau kuliah istirahatlah untuk sholat.
Kedua perbanyak sedekah. Gemar bersedekah setiap hari. Sedekah menjadi menu wajib harian. Semua rumah ibadah dan masjid masjid didukung penuh operasionalnya melalui sedekah orang2 hartawan yang dermawan. Sedekah (charity) dan zakat menjadi upaya yang dilembagakan untuk membangun pemberdayaan umat.
Ketiga setiap penduduk bersedia menjadi penolong. Caranya bisa dgn melalui sedekah profesi. Bagi yg dokter merelakan dalam sehari memberikan pemeriksaan gratis, bagi pedagang makanan bersedia menggratiskan sejumlah porsi tertentu bagi yang membutuhkan, bagi yang punya angkot menggratiskan misalnya dihari jumat bagi ibu hamil, lansia dan pelajar yang pengacara bersedia memberikan sosialisasi hukum dan advokasi gratis bagi rakyat yang buta hukum. Semua profesi bisa berperan serta secara optimal.
Keempat menjadikan tempat ibadah seperti pura, wihara, gereja dan masjid sebagai pusat peradaban dan pembelajaran umat. Misalnya, Masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga digunakan sebagai tempat menyelesaikan semua masalah keumatan. Siapapun orangnya dan apapun masalahnya bisa diselesaikan di rumah2 ibadah. Oleh karena itu di dalam struktur pengelola masjid dan rumah ibadah lain harus paham manajemen tempat ibadah yg mampu memetakan dimensi jamaahnya, kebutuhan dan sumber keuangan, metoda dan sarana prasarana pendukung ibadahnya.
Kelima dalam sistem ekonomi harus hindari riba. Semua dikonsepkan dengan paradigma ekonomi syariah.
Keenam meyakini dan mengamalkan bahwa kehidupan didunia saat ini adalah ladang investasi menuju kehidupan ukhrawi yang abadi. Tidak ada yang lebih mulia kecuali mendahulukan urusan dengan Tuhannya masing-masing. Bagi yang yang beragama islam benar-benar mengamalkan lafadz Allahu Akbar. Dengan pemahaman utuh bahwa lafadz Allahu Akbar Allah Maha Besar adalah segenap tekad dan tindakan untuk mendahulukan urusan dengan Allah SWT.
Tiada ikhtiar yang efektif sampai tujuan hanya karena Allah semata. Membumikan filosofi dan jatidiri serambi madinah di provinsi Gorontalo akan berhasil secara cepat apabila mau memulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang ini.
Gorontalo, 9 Maret 2017
Penjabat Gubernur Gorontalo
Prof Dr Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH