Ketika Zudan Galakkan Budaya Sehari Untuk Memberi

oleh Farid

Gorontalo – Bagi Biro Humas Protokol Setda Provinsi Gorontalo yang sering mendampingi setiap langkah kerja Pelaksana tugas (plt) Gubernur Gorontalo Zudan Arif Fakrulloh, sudah tidak asing ketika mendengar kata “Gerakan Sehari Untuk Memberi”, namun bagi masyarakat yang baru menjumpainya, sedikit kaget, jika Zudan Arif meminta masyarakat untuk menggalakan budaya tersebut.

Tanpa henti-hentinya, disetiap kali pertemuan baik dengan tokoh agama, budayawan, akademisi, “Gerakan Sehari Untuk Memberi” terus disuarakan. Sebab baginya, dengan gerakan ini, apapun kendala dan kebutuhan masyarakat akan senantiasa terbantu berkat dari kedermawanan masyarakat Gorontalo.

Seperti halnya pada Kamis, 19 Januari 2017, saat ia menerima silaturrahmi dari Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) provinsi Gorontalo, Zudan meminta pengurus FKUB saat berceramah agama, dapat menyebarkan “Gerakan Saling Memberi”.

“Saya meminta tolong kepada pimpinan serta pengurus FKUB, untuk mampu menggalakkan, gerakan tangan diatas. Jika FKUB sudah memulai, hal ini akan sangat luar biasa. Sebab antara FKUB dengan Pemerintah memiliki niat dan tujuan yang sama, yaitu membangun kemandirian umat,”kata Zudan Afir Fakrulloh yang juga Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kementrian Dalam Negeri.

Kedepan, Zudan sangat berharap kepada masyarakat yang memiliki sesuatu lebih, misalnya ilmu, tenaga, ekonomi, agar dapat membantu mereka yang masih membutuhkan.

“Jadi gerakan sehari untuk memberi ini, tidak hanya diukur pada materi saja, jika kita punya ilmu yang lebih, ajarkan kepada mereka yang ingin belajar,”ketusnya.

Jika gerakan sehari untuk memberi ini sudah mulai dijalankan, orang yang tadinya punya kelebihan dengan sendirinya tanpa diminta akan langsung memberikan apa yang menjadi kelebihanya.

Ia berharap sejumlah universitas yang ada di Gorontalo, dapat memprogramkan berbagi ilmunya ke masyarakat, sehari dalam seminggu. Contoh, pihak Geraja membuat pelatihan entrepreneurship kepada jamaatnya, secara gratis, begitupun forum dakwah islamiyah atau organisasi kemasyarakatan lainya, dapat meminta para dosen atau pengajar membagi ilmunya secara gratis.

Sementara itu terkait dengan rencana masyarakat Gorontalo, yang ingin mewujudkan pembangunan Masjid Raya dan Islamic Center di Provinsi Gorontalo, dengan adanya “Gerakan Sehari Untuk Memberi” atau sedekah harian, maka berapapun anggaran yang dibutuhkan, jika dikerjakan secara bersama-sama, apalagi untuk berbuat kebaikan, Insha Allah semua dapat terwujud.

“Saya juga berterima kasih kepada Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, yang juga turut membantu dan menyukseskan sedekah harian dalam mewujudkan pembangunan Islamic Center di Gorontalo,”ujarnya.

Menurut Zudan, sejak dicanangkannya gerakan ini, dalam kurun waktu empat hari, sudah terkumpul dana sebesar Rp28,3 juta rupiah. Jika rata-rata seminggu Rp30 juta, maka sebulan dapat terkumpul Rp120 juta, dan setahun mencapai Rp1,4 miliar. Itupun baru berasal dari ASN dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo, belum termasuk sedekah anggota DPRD dan seluruh masyarakat.

“Saya bahkan tidak perlu khawatir jika dalam APBD kita tidak tersedia anggaran untuk pembangunan Masjid Raya.  Cukup dengan 500 ribu orang saja dari mayoritas umat Islam di Gorontalo yang setiap harinya bersedekah Rp1.000 rupiah, maka setiap harinya kita bisa mengumpulkan Rp500 juta rupiah, dan jika kita kompak dan bersatu, maka pembangunan Masjid Raya dan Islamic Centre pun bisa tercapai,”ujarnya.

Ini adalah salah satu efek dari gerakan sehari untuk memberi, yang nilai positifnya akan bisa dirasakan oleh masyarakat.

Seperti saat dirinya berkesempatan melaksanakan Sholat Subuh berjamaah di Masjid Sabiur Rasyad, Kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG), dimana dalam kesempatan itu, ia meminta dorongan dari semua citivitas akademika kampus UNG, untuk dapat menggaungkan budaya “Gerakan Sehari Untuk Memberi”.

“Saya berharap Universitas Negeri Gorontalo menjadi lokomotif, untuk merubah paradigma dan pengembangkan gerakan kemandirian umat. Sebab kampus mempunyai peran penting dalam membangun jiwa enterpreneur di Gorontalo,”ujarnya dalam kesempatan itu.

Jika ini bisa diterapkan di kampus UNG, misalnya jumlah Dosen, pegawai dan mahasiswa diperkirakan ada sekitar 22.000 orang, dan setiap orangnya bersedekah Rp1.000 setiap hari maka dalam sehari terkumpul Rp22 juta. Sehingga ketika ada Masjid atau tempat pengajian yang butuh bantuan dana, maka uang tersebut bisa digunakan untuk pemenuhan kebutuhan, dan tidak perlu lagi membuat proposal ke pemerintah daerah.

“Kalau tidak punya uang, sedekahkan ilmu atau kemampuan yang dimiliki, bagi ahli hukum misalnya, satu hari dalam seminggu gratiskan untuk melayani persoalan hukum dimasyarakat,”ujar Zudan.

Dalam suatu kesempatan, Zudan menceritakan perihal dirinya yang sejak lulus SMA, ketika melanjutkan pendidikan S1 sampai S3 semuanya berasal dari beasiswa, atau bantuan dari Negara. Olehnya itu, saat ini adalah gilirannya untuk mengembalikan hutang itu. Untuk itu dirinya sehari dalam seminggu, apa yang ia peroleh, baik itu ilmu atau financial, akan disedekahkan kembali.

“Jika Allah mampu memindahkan matahari dari timur ke barat, maka niscaya bagi-Nya bisa memindahkan apa yang kita miliki menjadi milik orang lain,”tutupnya.

Bagikan Berita

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

ARSIP BERITA

KATEGORI